"Kedua kasus ini, SARS COV-nya negatif. Untuk pemeriksaan lab tetap pake rapid karena tidak ada PCR. Diagnosa awal adalah probable hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya," tegasnya.
Tidak ada cara memastikan virus hepatitis misterius
Arifin mengeluhkan belum adanya laboratorium yang ditunjuk Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sebagai rujukan untuk memastikan apakah temuan Dinkes Malinau adalah virus hepatitis misterius.
Hal tersebut sangat penting, karena menjadi tolok ukur penindakan dan menjaga masyarakat dari serangan virus yang notabene baru ini.
‘’Saat kasus baru terjadi pada 3 Mei 2022, kita sudah konsultasi karena pasien yang dirawat 5 sampai 7 hari. Kita konsul ke Provinsi tanggal 8 Mei karena mereka yang akan meneruskannya ke pusat. Sampai tanggal 10 Mei, Kemenkes belum menentukan jejaring untuk pemeriksaan laboratorium hepatitis tanpa etiologi ini,’’katanya.
Akhirnya, seluruh specimen pasien probabale tersebut, disimpan Dinkes Malinau dengan pengaturan suhu tertentu sesuai treahmen dan SOP.
‘’Kita dikasih solusi untuk menentukan apakah itu hepatitis yang tidak diketahui etiologinya, yaitu disarankan pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk warning,’’jelasnya.
Belum adanya laboratorium rujukan yang ditunjuk Kemenkes membuat tindak lanjut temuan dugaan hepatitis misterius akan meraba-raba.
‘’Karena tidak diketahui penyebabnya, makanya dinamakan misterius. Kabar baiknya adalah, kedua pasien probable hepatitis di Malinau sudah membaik dan mulai beraktivitas normal,’’kata Arifin.
Dengan temuan dua kasus ini, Arifin mengimbau agar masyarakat lebih ketat dalam pola hidup bersih dan sehat. Ia mengatakan, mayoritas virus hepatitis, berasal dari makanan.
‘’Dinkes akan memperkuat dan terus mensosialisasikan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),’’kata Arifin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.