Lalu diperiksakan ke dokter yang ada di desanya. Oleh dokter, Tarno diberi obat dan vitamin.
Meskipun obat sudah habis diminum, namun Tarno masih mengaku pusing.
“Kemudian ia saya periksakan lagi ke dokter lain. Di dokter yang baru itu, adik saya juga diberi obat yang jenisnya sama dengan obat yang diberikan oleh dokter pemeriksa pertama tersebut. Adik saya masih tetap sering pusing,” tambah Mistam.
Suatu hari, kata Mistam, Tarno saat menunggu kios pulsa dan bensin eceran mengaku kepalanya pusing.
Tak lama kemudian ia pingsan. Oleh Mistam, adik ragilnya itu dibawa ke puskesmas.
“Dokter puskesmas menyarankan agar dibawa ke rumah sakit. Kemudian, saya membawa adik saya ke RSI Weleri,” aku Mistam.
Baca juga: Selama Arus Mudik dan Balik di Kendal, Ada 14 Kecelakaan dengan 3 Orang Tewas
Setelah diperiksa di RSI, Tarno diperbolehkan pulang daengan diberi obat.
Tiga hari kemudian, setelah obat habis, Tarno disuruh kembali ke RSI untuk kembali diperiksa.
Setelah kepalanya di-scan, dicurigai ada yang tidak beres.
“Lalu kami bawa ke RS Dokter Kariadi Semarang. Kemudian dijadwalkan untuk operasi, dan 2 Minggu kemudian, tepatnya 10 Mei 2021, Tarno menjalani operasi di kepalanya,” ucap Mistam.
Setelah operasi, Tarno kemudian diminta untuk kemoterapi. Tapi, tidak berani karena kondisi tubuhnya masih lemah.
Tarno akhirnya pulang ke rumah. Seminggu setelah di rumah, ia harus menjalani perawatan lagi di RS Kariadi.
“Tarno, juga pernah selama 35 hari disinar. Jadi setiap hari kami bolak-balik dari rumah ke RS Kariadi. Untung ada bantuan ambulans gratis dari masyarakat,” ujar Mistam.