LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com- Memasuki pekan ketiga masuknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Lombok Tengah, tingkat penyebarannya kini meningkat drastis.
Catatan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah sejak tanggal 30 April dari 63 kasus meningkat menjadi 608 lebih sapi terserang PMK.
"Dari angka 63, kemudian naik 363, dan sekarang sudah 608 kasus yang tersebar dari 3 Kecamatan yang mendominasi, ada Praya Tengah, Praya Timur, dan Jonggat," ungkap Kadis Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Taufikurrahman, dalam kunjungan kerja di kandang yang berada di Desa Kelebiu, Kamis (18/5/2022)
Baca juga: Hewan Ternak di 2 Kecamatan Suspek PMK, Pemkot Surabaya Terapkan Lockdown Wilayah
Taufik menjelaskan bahwa dari jumlah tersebut, hingga saat ini belum ada ternak yang mati akibat PMK. Hanya saja ada kematian karena bayi sapi yang tidak bisa menyusu.
"Sampai sekarang belum ada, memang ada kejadian pedet, tapi pedet itu bukan mati karena PMK tapi karena tidak bisa menyusu," ungkap Taufik.
Taufik menambahkan, ada satu sapi yang dipotong paksa. Pihaknya mengaku tidak dapat mencegah hal tersebut.
"Saya luruskan ada satu yang dipotong paksa, jadi bukan tiga, kan kita melarang peternak sapi untuk memotong dalam keadaan sakit," kata Taufik.
Baca juga: Ratusan Sapi Terjangkit PMK di Lombok Tengah Mulai Sembuh