BIMA, KOMPAS.com- Limbah misterius berwarna coklat muncul lagi di perairan Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Rabu (18/5/2022) siang.
Kemunculan limbah mirip jeli itu terlihat di pesisir pantai, tepatnya Lingkungan Niu Kelurahan Dara, Kota Bima.
Baca juga: Pencemaran Teluk Bima, Pemerintah Didesak Pulihkan Ekonomi Nelayan Terdampak
Suharti, warga setempat menuturkan limbah coklat ini mulai muncul siang hari tadi, bersamaan dengan naiknya air laut Teluk Bima.
"Kemarin sudah tidak ada limbah ini, cuma tadi siang muncul lagi pas air laut naik," ucap Suharti.
Menurut Suharti, kemunculan limbah coklat seperti ini di Teluk Bima terjadi hampir setiap tahun.
Baca juga: 3 Hari Mengilang, Remaja Gangguan Mental di Bima Ditemukan Tewas
Masyarakat sekitar pun sudah menganggapnya hal biasa.
Kejadian kemunculan limbah beberapa waktu lalu mengundang perhatian banyak orang karena sebarannya cukup luas.
Hal itu, lanjut Suharti, kemungkinan karena limbah ini tidak pernah muncul selama dua tahun terakhir di Teluk Bima.
"Ini biasa setiap tahun cuma kemarin dia banyak, ada juga helikopter yang turun kemarin. Sudah 2 tahun kemarin memang tidak pernah keluar limbah ini," jelas Suharti.
Baca juga: Seorang Perempuan di Bima Tewas Tersengat Listrik Saat Masuk Kamar Mandi, Begini Kronologinya
Ketua tim ad-hoc penanggulangan bencana pencemaran Teluk Bima Mahfud dihubungi via telepon mengaku belum mengetahui ada kemunculan baru limbah misterius tersebut.
Mahufud menyakinkan pihaknya segera berkoodirnasi dengan jajaran DLHK untuk memastikan kondisi di lapangan.
"Saya belum tahu ada kemunculan limbah itu, nanti saya coba konfirmasi dengan DLHK, karena dia yang tahu itu masalahnya," kata Mahfud.
Baca juga: Laut Tercemar, Nelayan di Teluk Bima Berhenti Melaut
Disinggung hasil uji laboraturium sampel air laut Teluk Bima yang tercemar, Mahfud mengungkapkan, sampai hari ini pihaknya belum mendapat pemberitahuan dari pihak laboraturium di Surabaya.
"Hasil uji lab kemarin belum ada, kita juga masih menunggu hasil itu dari laboraturium di Surabaya. Sudah kita koordinasikan, cuma masih menunggu hasil lab-nya itu," pungkas Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.