TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Polres Tasikmalaya, Jawa Barat, membuat film "Arul Hadiah Terbaik".
Film ini diangkat dari kisah nyata seorang anak dari keluarga miskin yang diusir dan dipolisikan warga kampungnya karena mencuri handphone untuk keperluan PJJ.
Kepala Polres Tasikmalaya AKBP Rimsyahtono menceritakan kerumitan hidup anak bernama Arul Miftahul Huda tersebut ke layar lebar.
Saat itu, Juni 2021, warga kampung tempat tinggal Arul, seorang siswa SD, melaporkan anak tersebut ke polisi dengan tuduhan pencurian uang.
Setelah ditelusuri, anak tersebut mencuri uang untuk membeli handphone agar bisa mengikuti sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Baca juga: Sebelum Ditemukan Tewas, Perempuan di Tasikmalaya Curhat Jadi Korban KDRT Suami Asal Pakistan
Saat itu warga kampung bersikukuh kasus pencuriannya harus diselesaikan dan diproses secara hukum. Bila diselesaikan secara musyawarah, pengurus kampung mewajibkan anak tersebut diusir.
Hal ini membuat sedih ibu kandung Arul yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci serabutan.
Kehidupan keluarga ini, sambung Rimsyahtono, tidaklah mudah. Sang ibu harus menghidupi 5 anaknya. Sedangkan suaminya tidak menafkahi dan pulang dengan jadwal yang tidak menentu.
"Saat proses pelaporan itu, anak itu sampai bilang ke ibunya ingin dibuatkan saung kecil di tengah sawah (karena diusir). Alasannya memang betul untuk membeli ponsel yang waktu itu lagi musim sekolah daring," ucap dia.
Sejak saat itu, Arul akhirnya tinggal selama 3 bulan di ruangan kerja Unit PPA Polres Tasikmalaya.
Baca juga: KPAID Tasikmalaya Sebut Perekam 8 Siswi SMA Bugil di Tasikmalaya Ahli Teknologi
Selama tinggal di Polres itulah, lanjut Rimsyahtono, terlihat rasa terimakasih ditunjukkan anak kepada para anggota Kepolisian terutama kepada Kepala Unit Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Polres Tasikmalaya Aipda Josner Ali.
Apalagi, petugas Kepolisian berhasil menyelesaikan permasalahan itu secara musyawarah dan berujung damai.
Sang anak itu hampir setiap hari bergaul dengan seluruh anggota Kepolisian terutama para anggota di ruangan Unit PPA sampai diangkat anak asuh Polres Tasikmalaya.
Bahkan, sampai anak itu enggan pulang ke kampungnya dan memilih ingin tinggal di kantor Polres Tasikmalaya dengan para anggota Kepolisian.
"Kasusnya selesai secara musyawarah. Tapi, si anak ini jadi gak mau pulang ke kampungnya karena trauma. Jadinya, anak ini terus tinggal di Polres Tasikmalaya dan selalu membantu petugas Kepolisian," tambah dia.