Lantunan bacaan dan doa-doa pun kembali mengudara. Pembukanya, kisah agama Budha sejak zaman Kerajaan Majapahit dibacakan dalam bahasa Jawa. Selanjutnya, bacaan dan doa dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan Sanskerta, bergantian.
Baca juga: Tradisi dan Perayaan Waisak di Indonesia
Prosesi pun berlanjut hingga peringatan detik-detik kelahiran Buddha Gautama, pada pukul 11.13 WIB. Pesan Waisak dan meditasi mendahului peringatan detik-detik peringatan ini.
Seusai prosesi puncak peringatan yang dipimpin samanera, prosesi peringatan Waisak di Dusun Ngroto dipungkasi dengan pemotongan dan pembagian tumpeng.
Kepada Kompas.com, Romo Pandito Sutrisno menjelaskan juga bahwa seusai prosesi di vihara ini umat Buddha di Dusun Ngroto berkeliling ke rumah sesama mereka.
Dalam ajaran Buddha, romo pandito adalah salah satu tingkatan bagi umat yang menjalani pendidikan dan lulus, tetapi tidak berarti harus selalu menuju jenjang menjadi bikhhu atau biksu.
"Lalu, di petang hari, setelah aktivitas warga selesai, warga selain umat Buddha berkeliling ke tempat kami yang merayakan Waisak. Iya, sering disebut Lebaran Waisak," tutur dia.
Baca juga: Lebaran Waisak, Cara Unik Masyarakat Lereng Merbabu Rayakan Perbedaan
Jamak salah kaprah dianggap masuk wilayah Kota Salatiga, Getasan—termasuk Sumogawe—antara lain dikenal sebagai sentra susu sapi. Berada di lereng utara Gunung Merbabu, ada 14 vihara di Kecamatan Getasan.
Selamat Waisak 2562.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.