KOMPAS.com - Peninggalan sejarah penyebaran agama Hindu di Indonesia bisa diamati dari keberadaan candi.
Berbagai candi dengan corak Hindu bisa ditemukan di beberapa tempat di Indonesia.
Baca juga: Ciri Khas Candi Hindu di Indonesia serta Contohnya
Beberapa candi telah mengalami pemugaran sejak zaman kolonial, bahkan hingga saat ini.
Baca juga: Ciri Khas Candi Buddha di Indonesia serta Contohnya
Berikut beberapa candi Hindu di Indonesia beserta lokasi dan sejarah singkatnya yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber.
Baca juga: 10 Candi Buddha di Indonesia, Lengkap dengan Lokasi dan Sejarahnya
Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan Kecamatan Bokoharjo yang sebagian termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman dan sedangkan sebagian lagi masuk dalam wilayah Kabupaten Klaten.
Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia yang telh ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia pada tahun 1991.
Selain dkenal sebagai persembahan untuk dewa Trimurti, candi ini juga identik dengan kisah Rara Jonggrang dan Bandung Bandawasa.
Kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya.
Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah.
Kompleks di kawasan Candi Dieng dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabharata yaitu Kelompok Candi Arjuna, Kelompok Candi Gatotkaca, Kelompok Candi Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.
Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya.
Candi Gedong Sanga terletak di puncak G. Ungaran, tepatnya di Desa Candi, Kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah.
Menilik gaya arsitektur dan letaknya, candi Hindu Syiwa ini diduga berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Meskipun belum diketahui kapan tepatnya candi ini dibangun, namun lokasinya yang berada di daerah perbukitan mendasari dugaan bahwa candi ini dibangun pada masa awal perkembangan agama Hindu di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan raja-raja Wangsa Sanjaya.
Pada masa itu dataran tinggi atau perbukitan dianggap sebagai perwujudan dari 'kahyangan', tempat bersemayam para dewa.
Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah Jajaghu yang berarti “keagungan” dengan percampuran unsur agama Hindu dan Buddha.
Diketahui bahwa Raja Wisnuwardhana yang memerintah Singasari menganut agama Syiwa Buddha.
Ajaran Buddha tercermin dalam relief cerita Tantri Kamandaka dan cerita Kunjarakarna yang terpahat pada teras paling bawah. Sementara pada dinding teras kedua terpahat lanjutan cerita Kunjarakarna dan petikan kisah Mahabarata yang memuat ajaran agama Hindu, yaitu Parthayajna dan Arjuna Wiwaha.
Teras ketiga dipenuhi dengan relief lanjutan cerita Arjunawiwaha. Dinding tubuh candi juga dipenuhi dengan pahatan relief cerita Hindu, yaitu peperangan Krisna dengan Kalayawana.
Candi Sukuh terletak di lereng barat Gunung Lawu, di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Berdasar pada relief-relief yang memuat cerita-cerita Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura dan garuda, maka diperkirakan fungsi Candi Sukuh dibangun untuk pengruwatan.
Candi sukuh diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 masehi.
Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di Desa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut dengan nama Candi Palah. yang dibangun pada awal abad ke-12 masehi.
Menganut kepercayaan Syiwa, candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan terhadap Gunung Kelud dengan maksud untuk menghindari petaka.
Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi berlatar belakang agama Hindu ini diperkirakan dibangun antara abad ke-10 sampai dengan ke-11.
Kompleks Candi Ijo terdiri dari beberapa kelompok candi induk, candi pengapit dan candi perwara.
Candi Ijo merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Yogyakarta karena memiliki pemandangan yang indah.
Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 masehi.
Candi yang juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara dibangun sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Singasari.
Candi Sawentar terletak di Dukuh Kanigoro, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Diduga candi ini digunakan untuk memuja Wisnu, karena terdapat yoni dengan pahatan garuda yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu.
Candi Sawentad diperkirakan dibangun pada awal sampai pertengahan abad 13 masehi.
Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Candi Kidal dibangun pada 1248 masehi atau setelah upacara pemakaman 'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari.
Pembangunan candi ini ditujukan untuk mendarmakan Raja Anusapati, agar sang raja dapat mendapat kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.
Candi Cetha terletak di Dukuh Cetha, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Candi Cetha adalah salah satu candi yang dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V.
Dari tulisan yang ditemukan di lokasi candi, diketahui bahwa candi ini dibangun sekitar tahun 1451-1470 masehi, yaitu pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Sambisari adalah candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 oleh Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra.
Candi ini terdiri atas satu candi utama dan tiga candi perwara.
Candi Kadisoka berada di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada tengah lantai bilik Candi Kadisoka terdapat sumuran (perigi) yang di dalamnya ditemukan peripih berupa lempengan emas segi empat bergambar bunga teratai dan batu-batu mulia sehingga diperkirakan bahwa candi ini berlatar agama Hindu.
Dilihat dari profil bangunannya, candi ini diperkirakan dibangun sekitar abad 7 – 10 masehi.
Candi Gebang terletak di daerah Condongcatur, di sebelah selatan desa Gebang, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah ditemukan pada bulan November 1936, penggalian, rekonstruksi dan pemugaran, yang dilangsungkan tahun 1937 sampai tahun 1939 di bawah pimpinan Van Romondt.
Melihat keberadaan lingga, yoni dan arca Ganesha maka dipastikan bahwa Candi Gebang merupakan candi Hindu yang dibangun pada masa antara tahun 730-800 masehi.
Candi Kedulan yang terletak di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bangunan induk Candi Kedulan ditemukan pada tanggal 24 November 1993 secara tidak sengaja oleh penambang pasir yang sedang menambang pasir di lahan milik desa Tirtomartani.
Pada masa penggalian ditemukan dua buah prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Sumber:
bpcbdiy.kemdikbud.go.id dan perpusnas.go.id