JAYAPURA, KOMPAS.com - Memiliki luas 17.152 KM persegi, wilayah administratif Kabupaten Yahukimo, Papua, terbagi menjadi 51 distrik/kecamatan dan 517 kampung.
Berada di wilayah pegunungan tengah Papua, sebagian besar demografi Yahukimo, merupakan kawasan perbukitan dengan ketinggian maksimal mencapai 3.500 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Serupa dengan kondisi di wilayah pegunungan lainnya di Papua, jarak antar distrik, bahkan antar kampung di Yahukimo, umumnya berjauhan dan belum terakses oleh moda transportasi darat.
Baca juga: Isak Tangis Sambut Jenazah Sopir Truk yang Ditembak KKB Papua, Sang Istri Jatuh Pingsan
Hal ini yang kemudian membuat tugas bagi kepala daerah di Yahukimo menjadi agak lebih berat karena untuk mengunjungi distrik tertentu, mereka harus menyewa pesawat berbadan kecil.
Seperti yang diakui oleh Wakil Bupati Yahukimo Esau Miram, ia yang belum lama ini berkunjung ke Distrik Apalapsili, Kabupaten Yalimo, untuk menyalurkan bantuan, harus menyewa pesawat.
Saat itu, Esau yang bertolak dari Distrik Dekai, ibu kota Yahukimo, harus membawa bahan makanan untuk sekolah penginjilan di Apalapsili, harus merogoh kocek hingga puluhan juta untuk biasa transportasi.
"Carter pesawat dari Dekai ke Apalapsili itu Rp 35 juta untuk satu kali jalan, jadi pulang pergi Rp 70 juta," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (13/5/2022).
Penyaluran bantuan tersebut dilakukan karena banyak pelakar dari Yahukimo bersekolah di sekolah tersebut, dan ia mendapat kabar bahwa mereka membutuhkan bantuan bahan makanan.
Namun Esau menjelaskan, perjalanan ke Apalapsili, sama seperti saat ia melakukan kunjungan kerja ke distrik-distrik di Yahukimo.
Baca juga: Demo Tolak DOB di Yahukimo Tewaskan 2 Orang, LBH Lapor ke Kompolnas
Akses transportasi darat di Yahukimo hanya tersedia di Distrik Kurima, Tangna dan Mugi, itu pun rutenya tersambung dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Sedangkan akses di Distrik Sekai sebagai ibu kota kabupaten, belum tersambung ke mana pun.
Hal ini yang kemudian membuat Esau dan Bupati Yahukimo, serta pejabat di Yahukimo, mengandalkan penerbangan untuk menuju ke distrik atau kampung-kampung.
"Biaya (carter pesawat) paling tinggi Rp 35 juta dan yang paling rendah Rp 25 juta, itu untuk sekali jalan," kata Esau.
Menurut Esau, dalam beberapa jenis tunjangan kinerja yang didapat pejabat di Yahukimo, tidak ada yang secara khusus dialokasikan untuk biaya transportasi penerbangan.
Sehingga sebagian besar tunjangan kinerja justru habis untuk menyewa pesawat terbang.