Carangsoka pun tumbuh menjadi kadipaten yang makmur.
Namun Radeng Kembangjaya tetap waspada dari perlawanan kembali Paranggaruda. Ia pun meminta izin kepada mertuanya untuk tinggal di daerah penghubung antara Carangsoka dan Paranggaruda.
Sang Raden kemudian mengaja Dalang Sapanyana untuk menyeberangi Bengawan Siluangga dan melanjutkan perjalanan ke selatan menuju daratan Tanah Jawa yan masih semak belukar.
Mereka kemudian membabat hutan dan menata lahan pemukiman.
Baca juga: 3 Ragam Dawet Legendaris untuk Buka Puasa, Salah Satunya Ada Sejak 1940-an
Lalu muncul Ki Sagalo seorang penjual dawet yang ingin berbakti kepada Raden Kembangjaya. Minuman yang dijual pun menarik Sang Raden.
Kembangjaya pun menggantikan nama Carangsoka dengan Pesantenan yang diambil dari jawaban Ki Sagola yang mengatakan dawt terbuat dari santen (santan).
Raden Kembangjaya beranggapan santan adalah sumber dari kenikmatan minuman dawet.
Tak lama, Kembangjaya memimpin Kerajaan Carangsoka dan menerima warisan Kuluk Kanigara serta Rambut Pinutung dari Raden Sukmayana yang telah meninggal dunia.
Ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan Carangsoka ke hutan kemiri dengan nama Kadipaten Pesantenan.
Baca juga: Sejarah Dawet Ayu Banjarnegara
Pemindahan bertepatan dengan berdirinya Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu nama Kembangjaya berubah menjadi Adipati Jayakusuma.
Kadipaten Pesantenan berkembang dengan wilayah pertanian yang luas serta memiliki pelabuhan besar di Cajongan.
Kelak daerah pelabuhan ini sekarang menjadi Kota Juwana di sebelah timur Kota Pati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.