KOMPAS.com - Sepanjang jalur mudik dan balik di kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa terdapat sejumlah titik kuliner tradisional yang belum tentu dapat ditemui di daerah lain.
Tiap daerah di Jawa memiliki tradisi kuliner yang berbeda satu dengan lainnya. Ada masakan berkuah; ada aneka kuliner sate berbahan daging ayam, kambing, sapi, dan kerbau; hingga beragam sajian nasi dengan lauk aneka rasa.
Termasuk di jalur mudik dan balik pantai utara Jawa yang menyuguhkan banyak pilihan kuliner berkesan bagi para pemudik.
Baca juga: Festival Makanan Pulang Semarang, Rekomendasi Kuliner bagi Para Pemudik
Berikut ini adalah beberapa di antaranya seperti dikutip dari buku Yuk Mampir: Peta Kuliner Jalur Lebaran Pulau Jawa yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan serta beberapa sumber lainnya.
Nasi ini berasal dari Desa Jamblang yang ada di pinggir Kota Cirebon dan sudah ada sehak ratusan tahun llau.
Awalnya nasi jamblang dibuat oleh keluarga keturunan Tionghoa di Desa Jamblang untuk dibagi-bagikan gratis kepada buruh-buruh yang membangun pabrik gula di Gempol dan Plumbon pada kurun 1847 dan 1883.
Ini dilakukan karena buruh-buruh tersebut kesulitan mencari makan saat istirahat.
Nasinya dibungkus daun jati agar tahan lama, ditemani lauk sederhana berupa tempe, tahu, dan telur dadar.
Baca juga: Warung Rica Bu Sartini, Kuliner Legendaris Solo Andalan Mahasiswa
Belakangan, menunya dimodifikasi dengan menambah 40 jenis lauk lainnya, di antaranya sate telur puyuh, sate ampela, telur gulai, dan kuah cumi hitam.
Cirebon juga terkenal dengan empal gentongnya, kuliner berupa gulai berbahan daging dan jeroan sapi yang dimasak di dalam gentong memakai kayu bakar.
Disebut empal karena dagingnya dibuat empuk dan lembut karena melalui proses perebusan dalam tempo lama di kuah gulainya yang kaya akan rempah.
Masakan gurih ini sudah ada sejak abad 15. Masakan ini dipercaya sebagai pertemuan budaya Arab, Jawa, India, hingga Tiongkok.