KOMPAS.com - Ada satu penganan terkenal dari tanah Papua yang digemari oleh berbagai kalangan, khususnya masyarakat di Fakfak, Papua.
Namanya kue lontar yang sekilas tampak seperti mangkuk dan bentuknya tak ada beda dengan pie susu.
Dengan rasa yang manis, gurih, dan nikmat, banyak orang yang suka mengkonsumsi kue berwarna kuning terang ini.
Awalnya, kue ini bernama ronde taart atau kue bundar. Namun karena sulit dilafalkan, masyarakat Fakfak menyebutnya kue lontar.
Baca juga: Sejarah Bakpia, Oleh-oleh Khas Yogyakarta
Jika Indonesia bagian timur terkenal dengan jajanan berbahan sagu, maka berbeda kue lontar yang terbuat dari tepung terigu.
Kue ini juga kerap dicari umat Muslim di Papua untuk disantap saat berbuka puasa pada Ramadan karena rasanya yang manis.
Namun saat Hari Raya, kue ini menjadi salah satu sajian istimewa kepada para tamu yang datang ke rumah.
Kue berbahan dasar terigu, margarin, vanili, dan susu ini dicetak menggunakan piring keramik sehingga bentuknya bundar.
Baca juga: Duet Es Tape Tjampolay dan Sepiring Tahu Gejrot Pedas Khas Cirebon
Kue lontar punya tekstur lembut di bagian dalam dan renyah pada kulit luarnya. Unsur susu menjadi faktor utama dari lembutnya rasa kue dan menambah kelezatannya.
Di Papua, kue lontar umumnya dibuat berukuran cukup besar dengan diameter bisa mencapai 20 sentimeter dan memerlukan sebuah cetakan kue khusus.
Sehingga kue yang dihasilkan pun juga cukup besar dan dapat disantap oleh 8-10 orang bersama-sama.
Tapi ada juga kue lontar yang dibuat dengan diameter lebih kecil, misalnya 8 cm dan biasanya diproduksi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halaman.
Kue dengan ukuran lebih kecil ini dibuat untuk memudahkannya ketika akan dikemas sebagai buah tangan.
Baca juga: Catat, Ini Oleh-oleh Khas Solo yang Bisa Dibawa Saat Mudik
Penamaan kue lontar konon berasal dari bahasa Belanda yaitu ronde taart atau kue bundar. Tetapi karena penduduk setempat kesulitan melafalkannya, maka akhirnya mereka menyebutnya sebagai kue lontar seperti yang kita kenal sekarang ini.