NUNUKAN, KOMPAS.com – Andi Maskur Badawi, warga Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengolah hidangan Lebaran dengan kompor berbahan bakar oli bekas.
Dia bahkan mendesain kompor khusus agar makanan yang dimasak tidak bau oli dan cita rasanya tidak berubah.
‘’Kalau awalnya, api yang menyala akan menimbulkan asap hitam dan bau menyengat. Kan oli bekas namanya. Tapi asal ditutup pancinya atau kualinya, tidak ada pengaruh bagi makanan yang dimasak,’’ ujarnya, Senin (2/5/2022).
Baca juga: Kisah Tragis Ayah, Ibu, dan Anaknya, Tewas Berpelukan di Dalam Rumah yang Terbakar
Hal tersebut telah dibuktikannya sendiri saat memasak Buras, makanan khas Bugis. Dia menjamin tidak ada bau oli atau aroma yang tidak sedap pada masakan yang diolahnya.
Demikian pula saat istrinya memasak ayam palekko. Rasa yang dihasilkan tidak ada bedanya dengan memasak menggunakan elpiji ataupun kayu bakar.
‘’Awalnya saja yang memang berasap hitam. Maka saya sarankan masaknya diluar ruangan supaya baunya tidak terlalu mengganggu dan atap dapur menghitam,’’ kata Maskur.
Peduli lingkungan dan keprihatinan sulitnya mendapat elpiji
Gagasan unik tersebut bermula dari keprihatinan Maskur atas sulitnya mendapat elpiji 3 kilogram, yang merupakan subsidi pemerintah.
Masyarakat di tempatnya harus rela antre sekian lama dan wajib menunjukkan Kartu Keluarga (KK) untuk mendapatkannya.
Terkadang, meski sudah mengantre lama, mereka harus kecewa karena kuota terbatas dan telah habis dibagikan.
‘’Sering ketika saya pulang, saya melihat oli bekas berdrum-drum di bengkel yang dibiarkan begitu saja. Saya mencoba googling, bisakah oli bekas jadi bahan bakar memasak. Ternyata bisa, dan saya praktikkan sendiri,’’jelasnya.
Menurutnya, akan berbahaya jika oli bekas tersebut dibuang sembarangan. Apalagi, lingkungan tempatnya merupakan wilayah pesisir dan dipenuhi budi daya rumput laut.
Selain itu, saat ini di Nunukan sudah tidak ada lagi tukang chainshaw atau gergaji mesin yang biasanya membutuhkan oli bekas untuk menebang pohon.
Takut limbah tersebut dibuang sembarangan, Maskur lalu berinovasi membuat kompor dengan bahan bakar oli bekas.
‘’Hasil masakannya sudah kami nikmati sekeluarga. Hidangan hari raya juga hasil masakan dari kompor oli bekas. Tidak ada bedanya dengan masakan dari kompor gas. Justru jauh lebih irit,’’ tegasnya.
Ia menjelaskan, oli bekas diletakkan di bagian bawah tabung berisi air bersih. Saat oli bekas dibakar, air dalam tabung lama kelamaan mendidih. Lalu, uapnya menjadi pemicu keluarnya api dari nosel atau pipa yang dibuat sebagai jalur keluar api.
Api yang dihasilkan memang awalnya akan merah dan berasap hitam. Namun, lama-kelamaan, air bersih dalam tabung seakan memiliki peran sebagai pengatur nyala dan warna api itu sendiri.
‘’Saya memasak dengan dua kompor. Dalam 1 jam 20 menit, sekitar 7 liter habis. Kalau dihitung hitung jauh lebih irit dari elpiji. Meski pancinya hitam, lebih mudah dibersihkan ketimbang kompor minyak tanah atau kayu api. Baunya juga jauh lebih tajam kompor minyak tanah,’’ jelasnya.
Dijadikan contoh dan diberdayakan
Maskur sebelumnya menjabat Lurah di Tanjung Harapan. Saat ini dia merupakan PNS di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan.
Maskur sepertinya memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Sebelum berinovasi dengan kompor oli bekas, Maskur menggagas bank sampah ‘Karya Bersama’ di Tanjung Harapan yang merupakan sentra rumput laut.
Ia menggandeng Pemerintah Daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan bekerja sama dengan Pertamina EP. Bank Sampah tersebut berfokus pada pengelolaan limbah plastik yang dihasilkan pembudi daya rumput laut.
‘’Bank sampah mengajarkan mereka membuat pelampung modern, berupa bola pelampung dari limbah botol bekas. Selain lebih tahan lama, bola pelampung bisa digunakan terus menerus. Berbeda dengan botol minuman bekas yang hanya sekali pakai,’’ jelasnya.
Maskur berencana akan terus mengembangkan kompor oli bekas. Ia akan menyempurnakan kekurangannya. Mulai dari bagaimana mengakali agar asap tidak hitam hingga menganjurkan masyarakat menggunakan kompor oli bekas.
‘’Selain menyelamatkan ancaman pencemaran limbah oli bekas, kompor oli bekas ini juga menjadi alternatif dari kelangkaan elpiji yang selama ini terjadi,’’ ujar Maskur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.