KOMPAS.com - Jalur Pantai Selatan atau jalur Pansela merupakan jalan di sisi selatan Pulau Jawa yang membentang dari Provinsi Banten Hingga Jawa Timur.
Dikutip dari data Kementerian PUPR, panjang jalur Pansela mencapai 1.405 kilometer, dengan lebar rata-rata mencapai 5-7 meter.
Baca juga: Profil Jalur Pansela, Rute Mudik Alternatif di Selatan Pulau Jawa
Sering disebut sebagai Jalan Daendels, ternyata rute mudik lebaran ini menyimpan fakta sejarah yang menarik untuk disimak.
Baca juga: Biografi Singkat Raden Saleh dan Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
Jalur Pantai selatan diketahui sudah ada sejak abad ke-4 yaitu di masa berdirinya berbagai kerajaan di Pulau Jawa.
Berbagai kerajaan yang berdiri silih berganti di pesisir selatan Pulau Jawa telah lebih dulu menggunakan jalur ini sebagai jalur penghubung.
Jalur ini pun dikenal sebagai jalur untuk mengirimkan upeti bagi kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.
Barang-barang yang dibawa merupakan pajak atau upeti yang diserahkan kepada raja dari daerah-daerah yang berada di luar pusat pemerintahan.
Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya
Pada masa kolonial, jalur ini digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai rute perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Sebagai rute gerilya, jalur ini menyimpan sejarah perlawanan pada sekitar tahun 1825-1830 atau pada periode Perang Diponegoro.
Sementara Augustus Dirk Daendels yang membangun jalan ini baru menjabat sebagai asisten residen Ambal pada 1838.
Ia kemudian mengganti nama jalur ini dengan namanya untuk meredupkan pamor Pangeran Diponegoro yang saat itu melekat sebagai sosok yang melakukan perlawanan keras terhadap Hindia Belanda.
Kebanyakan orang mengira Jalan Daendels di Pantura dan Pansela dibangun oleh sosok yang sama.
Dilansir dari laman Antara, Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) atau dikenal dengan Jalan Raya Anyer-Panarukan dibangun oleh Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels.
Sementara Jalan Raya Utama (Belangrijke Wegen) di Jalur Pansela dibangun oleh Agustus Dirk Daendels atau AD Daendels yang menjabat sebagai asisten residen Ambal.
Pembangunan Jalur Pansela juga tidak dibangun bersamaan dengan Jalan Raya Pos (1808-1811).
Pembangunannya baru dilakukan sekitar 27 tahun setelah Jalan Raya Anyer-Panarukan.
Waktunya bertepatan dengan penugasan Augustus Dirk Daendels sebagai asisten residen Ambal pada 1838.
Adapun panjang jalan Daendels yang dibangun saat itu sekitar 130 kilometer yang membentang dari Cilacap hingga Bantul.
Sumber:
antaranews.com, properti.kompas.com, dan regional.kompas.com