Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silsilah RA Kartini dan Alasan yang Membuatnya Dipanggil “Ndoro” oleh Ibu Kandungnya

Kompas.com - 20/04/2022, 07:05 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional yang memperjuangkan kesetaraan hak wanita.

Atas perjuangannya, tiap tahun masyarakat Indonesia akan memperingati hari lahirnya sebagai Hari Kartini.

Baca juga: [HOAKS] Foto RA Kartini Berkerudung dan Berkacamata

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Ia adalah sosok putri yang lahir dari keluarga ningrat Jawa yang terpandang atau sering disebut priyayi.

Baca juga: RA Kartini, Putri Jawa Pejuang Emansipasi dan Sejarah Hari Kartini

Silsilah Keluarga RA Kartini

RA Kartini merupakan anak kelima dari 11 bersaudara kandung dan tiri, dari sebuah keluarga priyayi atau bangsawan di Jepara.

Ibunya bernama M.A. Ngasirah yaitu putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono seorang guru agama di Teluk Awur, Jepara.

Baca juga: RA Kartini, Putri Jawa Pejuang Emansipasi dan Sejarah Hari Kartini

Ayahnya sempat menjadi wedana di Mayong, Jepara yang bernama Raden Mas Sosroningrat.

Jika ditelusuri, garis keturunan sang ayah yang berdarah biru dapat dirunut hingga Hamengkubuwana VI, bahkan garis keturunannya bisa ditilik ke istana Kerajaan Majapahit.

Adapun kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV terkenal sebagai sosok cerdas dengan menjabat menjadi bupati di usia 25 tahun.

Saudara kandung RA Kartini adalah RM Slamet, RM Boesono, RM Kartono, RA Kardinah, RM Moeljono, RA Soematri, dan RM Rawito.

RA Kartini juga memiliki ibu tiri bernama Raden Ajeng Moerjam, seorang putri bangsawan dari Madura yang kemudian menyandang gelar Raden Ayu Bupati Jepara.

Setelah beranjak dewasa, RA Kartini kemudian menikah dengan Bupati Rembang RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903.

Dari pernikahannya, mereka dikaruniai putra semata wayang bernama RM Soesalit Djojoadhiningrat, yang lahir pada 13 September 1904.

Dipanggil “Ndoro” oleh Sang Ibu

Pasca Raden Mas Sosroningrat menikahi Raden Ajeng Moerjam, kedudukan Ngasirah bergeser menjadi selir.

Hal ini terjadi karena pada saat itu untuk menjadi bupati, Raden Mas Sosroningrat harus memiliki istri seorang bangsawan.

Setelah itu, Ngasirah yang berstatus selir pun harus memanggil anak-anaknya sendiri dengan sebutan "ndoro" atau majikan.

Panggilan ini juga berlaku untuk putra-putri kandungnya yang berjumlah delapan orang, termasuk RA Kartini.

Sebaliknya, putra-putri Ngasirah juga diharuskan memanggil Ngasirah dengan sebutan "Yu" yang merupakan panggilan untuk perempuan yang bekerja sebagai abdi dalem.

Meski demikian, RA Kartini menolak memanggil ibu kandungnya dengan sebutan "Yu".

Pun karena Ngasirah tidak lagi berhak tinggal di rumah utama Kabupaten melainkan tinggal di bagian belakang Pendapa, membuat RA Kartini lebih sering memilih tinggal dengan sang ibu.

Sumber:
gondokusumankec.jogjakota.go.id 
grid.id
regional.kompas.com
bali.tribunnews.com 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Regional
Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Regional
Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Regional
Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Regional
Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Siswi SMP di Demak Dipaksa Hubungan Badan dengan Pacar, lalu Diperkosa 3 Orang Bergiliran

Siswi SMP di Demak Dipaksa Hubungan Badan dengan Pacar, lalu Diperkosa 3 Orang Bergiliran

Regional
Tim SAR Cari Penumpang yang Jatuh dari KMP Reinna di Perairan Lampung

Tim SAR Cari Penumpang yang Jatuh dari KMP Reinna di Perairan Lampung

Regional
Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Regional
Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com