Hingga pada tahun 2014, dua tahun sesudah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Amin diarahkan kakaknya untuk pergi ke salah satu balai rehabilitasi tuna netra di Temanggung.
"Dulu bingung mau ngapain, lulus SMA tidak bisa kerja. Sempat disuruh belajar pijat untuk tuna netra. Tapi akhirnya dibawa ke balai rehabilitasi di Temanggung," jelas Amin.
Disitulah akhirnya, Amin dapat menemukan dunia yang dia inginkan. Selain bertemu dengan kawan yang sama-sama memiliki keterbatasan pengelihatan, Amin juga memulai proses penerimaan diri.
Lebih jelas Amin mengatakan, di balai tersebut dirinya pertama kali mengenal tongkat jalan bantu, aplikasi pembaca layar di handphone (talkback), huruf braille, juga komputer berbicara.
"Rasanya seperti terlahir kembali. Karena ketemu temen-temen yang ada di posisi dan punya cerita yang sama. Intinya bisa berdamai dengan segala luka," ucap Amin.
Baca juga: Buya Hamka, Pahlawan Nasional dan Penulis Novel Terlaris
Sementara itu, Amin juga mendapat pelajaran sehari-hari seperti memasak, mencuci, dan menyetrika untuk tuna netra.
Tiga tahun setelah mendapat rehabilitasi, pada tahun 2017, Amin memutuskan untuk keluar dari balai tersebut dan bekerja di salah satu panti pijat di Semarang.
"Tapi disana tidak dapat pendapatan, jadi pindah ke Jepara. Tapi ya sama saja. Memang ini bukan kemampuan dan keinginan saya," tutur Amin.
Amin tak lantas menyerah, dari situ, dirinya berpindah ke Yayasan Sahabat Mata pada tahun 2018 hingga saat ini.
Alasannya, karena di Yayasan Sahabat Mata, Amin lebih bisa mendapat pelajaran digital seperti radio, percetakan Al-Quran braille, hingga komputer bicara.
Bahkan, dirinya bisa berkuliah di UIN Walisongo Semarang berkat bantuan dari pemilik Yayasan Sahabat Mata, Basuki.
Baca juga: IU Tolak Tawaran Drama Karya Park Ji Eun, Penulis Naskah Crash Landing on You
"Dulu awalnya 3 bulan belajar komputer disana, malah ditawarin kuliah. Padahal pihak keluarga sudah tidak mendukung, tapi saya pengen tetep jadi penulis, jadi milih jurusan yang sesuai," kata Amin.
Amin menjelaskan, dirinya merupakan satu-satunya anggota Sahabat Mata yang meneruskan pendidikan di bangku perkuliahan.
Meski sering kesulitan menerima materi kuliah secara daring, Amin selalu bertekad untuk segera menuntaskan perkuliahan dan melanjutkan tingkatan kehidupan selanjutnya.
"Nanti ada dua orang nyusul di UIN Walisongo, jadi ada penerusnya. Semoga setelah saya lulus nanti, bisa mendapat pekerjaan dan kehidupan yang layak," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.