Kesederhanaan ini terlihat dari umat yang menggunakan pakaian seadanya dan kebanyakan dari mereka tak beralas kaki. Meski pun demikian, mereka beribadah dengan sungguh-sungguh di hari kesengsaraan Sang Isa Almasih.
Pastor dari Biara Santo Agustinus ini mengungkapkan, Gereja Katolik Santa Monika Favenembu sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari papan, atap gereja dari daun seng dan lantainya masih tanah.
Panjangnya sekitar 15 meter dan lebar sekitar 10 meter. Gereja ini dibangun pada 2017. Kapasitas gereja ini bisa menampung sekitar 60 umat.
“Gereja sangat alami dan sederhana. Begitu pun warga yang mengikuti perayaan juga sangat sederhana. Mereka datang membawa hati untuk mengikuti perasaan ibadah jalan salib,” ungkapnya.
Baca juga: Apa Itu Jumat Agung? Berikut Penjelasannya
Heribertus menjelaskan, usia jalan salib di pagi hari, maka perayaan ibadah penyembahan salib di gereja dilaksanakan sekitar pukul 15.00 Wit dan diikuti oleh para umat dengn penuh hikmat.
“Pada pagi hari perayaan ibadah jalan salib, sedangkan sore hari ibadah penyembahan salib yang dilakukan dengan penciuman salib,” jelasnya.
Di Kampung Favenembu tidak ada lampu listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Hanya ada lampu solar sel bantuan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang ada.
Sayangnya, lampu solar sel di Kampung Favenembu yang digunakan oleh warga masyarakat kini sudah mengalami kerusakan dan kebanyakan tak digunakan lagi.
Ketua Stasi Gereja Katolik Santa Monika Kampung Favenembu, Jeckson Kri mengungkapkan, ada sekitar 85 Kepala Keluarga (KK) yang ada di Kampung Favenembu.
Pada 2020, setiap rumah mendapatkan bantuan lampu solar sel sebagai penerangan di kampung. Namun sayang, kini lampu solar sel sudah rusak, sehingga ketika di malam hari kampung mengalami kegelapan.
Baca juga: Link Streaming Ibadah Jumat Agung secara Online di Gereja Katedral
“Lampu solar sel hampir semua rumah di Kampung Favenembu sudah rusak, sehingg kalau malam hari warga pakai pelita atau tidur dalam kegelapan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Jeckson berharap, masalah penerangan di Kampung Favenembu dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat, sehingga warga tidak tinggal dalam kegelapan lagi seperti yang dialami saat ini.
“Warga perlu bantuan alat penerangan. Karena selama ini mereka tidur dalam kegelapan. Kalau ada umat yang punya genset mereka bisa menikmati penerangan di rumahnya,” ucapnya.
Jeckson mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Keerom yang telah memasang jaringan telekomunikasi BTS 4G di Kampung Favenembu.
“Pada tahun 2022 ini kita punya jaringan telekomunikasi sudah ada, sehingga bisa komunikasi ke keluarga lewat jaringan BTS 4G yang dipasang oleh pemerintah daerah,” katanya.
Baca juga: Jumat Agung, 500 Umat Katolik Seluruh Indonesia Akan Ikut Prosesi Logu Senhor di Sikka NTT