SUKOHARJO, KOMPAS.com - Kartini (48), budhe sekaligus ibu angkat D (7), bocah yang tewas diduga setelah dianiaya kakak sepupu masih terlihat sedih.
Ia seperti belum merelakan kepergian D untuk selama-lamanya.
Kartini terakhir bertemu secara langsung dengan korban pada Desember 2021 ketika dirinya hendak pergi merantau ke Jakarta demi mengubah nasib ekonomi keluarga.
Baca juga: Pengakuan Tersangka Aniaya Bocah 7 Tahun di Sukoharjo, Jengkel Korban Suka Ambil Uang Warung
Sejak bercerai dengan suami, Haryoto pada 2020 silam, berdampak pada ekonomi keluarga Kartini.
Kartini yang hanya sebagai ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan. Kartini terpaksa menjual rumah satu-satunya saat masih bersama suami di Sulawesi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari di Jawa.
Uang hasil menjual rumah itu pun semakin menipis. Penghasilan dari berjualan warung kelontong tidak cukup untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari.
Anak sulungnya G bekerja sebagai karyawan cuci mobil dengan penghasilan pas-pasan. Itu pun juga dibagi untuk kebutuhan keluarga kecilnya karena sudah menikah.
Sedangkan anak kedua dan bungsu masih menempuh pendidikan sekolah. Begitu juga dengan D yang merupakan anak angkatnya masih sekolah di Taman Kanak-kanak (TK).
Tiga bulan bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan konveksi di Jakarta, Kartini mulai sedikit demi sedikit dapat memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga.
Setiap bulan Kartini mengirimkan uang untuk kebutuhan anak-anaknya di rumah.
Meskipun tidak begitu banyak jumlah uang yang dikirim, sedikit banyak bisa meringankan beban kehidupan untuk anak-anaknya.
Selama di Jakarta, Kartini juga tidak pernah lupa menanyakan kondisi anak-anaknya di rumah melalui sambungan video call.
Setelah mendengar kabar kondisi anak-anaknya baik-baik saja di rumah termasuk korban, Kartini sudah merasa lega.
Kartini mulai sedikit tidak tenang setelah mendengar kabar korban sering buang air kecil dan air besar di celana yang disampaikan oleh menantunya yang merupakan istri G.
Ini dirasakan Kartini sepekan sebelum meninggalnya korban.
Tidak biasanya korban buang air kecil dan air besar di celana. Ketenangan Kartini pun terus terusik setelah mendengar kabar itu. Batinnya mengatakan ingin sekali pulang ke rumah melihat kondisi D.
Di sisi lain, Kartini mempunyai tanggung jawab pekerjaannya. Kartini berusaha sabar dan tenang.
Kekhawatiran Kartini terhadap kondisi korban akhirnya terjawab.
Pada Selasa (12/4/2022) petang, Kartini mendapat kabar dari menantunya yang memintanya untuk segera pulang ke rumah.
"Kamarin dapat kabar D meninggal dari menantu saya. Saya ditelepon waktu itu saya pas buka puasa. Karena saya sudah merasa tidak enak saya cuma minum air putih saja dan makan kurma," ucap Kartini mengawali ceritanya ketika ditemui di rumahnya Blateran RT 001/002, Desa Ngabeyan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (14/4/2022) malam.