Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Kendal, Hidup Pas-pasan, Bahkan untuk Makan Kurang

Kompas.com - 07/04/2022, 05:52 WIB
Slamet Priyatin,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KENDAL, KOMPAS.com - Siang itu, Rabu (6/4/2022), saat Kompas.com tiba di Kampung Nelayan Bandengan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terlihat puluhan perahu nelayan parkir di pantai.

Sebagian besar perahu itu sudah ditinggal oleh pemiliknya untuk istirahat di rumah. Sebab para nelayan tersebut baru pulang dari melaut, dan akan kembali berangkat mencari ikan pada sore hari.

Kompas.com kemudian mendekati seorang lelaki tua, yang duduk di teras rumah terletak di pinggir kali.

Baca juga: Hari Nelayan Nasional, Warga Tambakrejo Semarang Kibarkan Bendera di Sungai

Lebar rumah itu sekitar 4 meter, dan tinggi lantai rumah dengan jalan, sekitar 50 sentimeter. Mata lelaki berkulit legam itu, menatap tajam beberapa perahu yang bersandar di depannya.

“Siang, Pak. Boleh saya ikut duduk,” tanya Kompas.com. Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum, dan berkata ”Silakan, Mas.”

Kompas.com pun kemudian duduk berdampingan, lalu saling memperkenalkan diri. Lelaki itu, bernama Achmad (65), beranak 3 dan bercucu 1.

“Cucu itu dari anak pertama hasil dari perkawinan istri pertama. Dari istri kedua ini, anak saya 2, yang besar sudah duduk di bangku SMK, yang kecil kelas III SD,” kata Achmad.

Achmad, mengaku sejak menikah dengan istri ke-2, ia berprofesi sebagai nelayan. Sebelumnya, bekerja serabutan.

“Saya menikah dengan istri ke-2 sudah sekitar 19 tahun lalu. Sejak itu, saya jadi nelayan, karena hidup di kampung nelayan dan punya mertua nelayan,” ujar Achmad sambil tersenyum.

Baca juga: Cerita Nelayan di Banyuwangi, Hasil Tangkapan Tak Menentu, Berharap Bantuan Pemerintah

Achmad menceritakan, dirinya tidak mempunyai perahu sendiri untuk melaut. Ia ikut orang (juragan) yang mempunyai kapal jaring. Ada 16 orang selain dirinya, yang ikut kapal jaring tersebut.

“Kemarin kami sempat melaut, tapi setelah sampai tengah pulang. Sebab jangkar kapal tidak kuat untuk menahan kapal supaya tidak jalan. Arusnya kencang,” aku Achmad.

Achmad menceritakan, selama menjadi nelayan hidupnya pas-pasan, bahkan bisa dikatakan kurang untuk makan sehari-hari. Beruntung, ia mempunyai istri yang gigih, mau membantu mencari uang dengan cara berjualan ikan keliling.

“Pendapatan saya sebagai nelayan yang ikut orang lain, tidak menentu. Kadang membawa pulang Rp 50.000, kadang Rp 200.000, kadang tidak dapat penghasilan karena batal melaut,” kata Achmad.

Baca juga: Kampung Nelayan Semarang Dipenuhi Sampah Plastik Kiriman

Nelayan Bandengan Kendal, Toha. KOMPAS.COM/SLAMET PRIYATINKOMPAS.COM/SLAMET PRIYATIN Nelayan Bandengan Kendal, Toha. KOMPAS.COM/SLAMET PRIYATIN

Achmad menjelaskan, dirinya bersama rombongan biasa berangkat mencari ikan pada sore hari, dan pulangnya pagi hari.

“Kebanyakan nelayan sini menggunakan perahu mesin tempel. Mereka berangkat subuh, dan pulangnya siang. Seperti itu,” ujar Achmad, sambil menunjuk nelayan yang baru pulang melaut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Regional
Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Regional
Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Regional
Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Regional
Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Regional
45 Anggota DPRD Babel Terpilih Dilantik 24 September, Ini Fasilitasnya

45 Anggota DPRD Babel Terpilih Dilantik 24 September, Ini Fasilitasnya

Regional
Golkar Ende Usung Tiga Nama pada Pilkada 2024, Satu Dosen

Golkar Ende Usung Tiga Nama pada Pilkada 2024, Satu Dosen

Regional
Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Pascabanjir, Harga Gabah di Demak Anjlok Jadi Rp 4.700 per Kilogram, Petani Tidak Diuntungkan

Regional
Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Terjebak di Dalam Mobil Terbakar, ASN di Lubuklinggau Selamat Usai Pecahkan Kaca

Regional
Pemkab Solok Selatan Gelar Lomba Kupas Buah Durian

Pemkab Solok Selatan Gelar Lomba Kupas Buah Durian

Regional
Polisi Gerebek Pabrik Mi Lubuklinggau yang Gunakan Formalin dan Boraks

Polisi Gerebek Pabrik Mi Lubuklinggau yang Gunakan Formalin dan Boraks

Regional
Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Korban Banjir Bandang di Lebong Sampaikan Keluhan di Depan Bupati

Regional
3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

3 Bulan Tidak Ditahan, 2 Tersangka Penambangan Ilegal di Lahan Transmigrasi Nunukan Segera Dieksekusi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com