Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Saatnya Menghargai Nelayan

Kompas.com - 05/04/2022, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain ukuran kapal yang kecil, nelayan kita sering menghadapi masalah kesulitan membeli BBM untuk mesin kapal. Tersendatnya pasokan solar seperti yang terjadi belum lama ini bukan sekali saja terjadi.

Terdengar juga berita bahwa sebagian nelayan sulit mendapat BBM bersubsidi karena tidak dapat menunjukkan dokumen yang dipersyaratkan.

Biaya BBM bagi nelayan bisa mencapai 40 persen dari biaya operasional. Ini salah satu faktor yang menyebabkan penghasilan nelayan rendah.

Sungguh sulit diterima akal bahwa di negara penghasil minyak ini, justru penduduk yang paling membutuhkan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membeli BBM.

Masalah lain yang baru muncul adalah pengenaan pajak menangkap ikan yang dirasakan tidak adil bagi nelayan kecil.

Berdasarkan PP Nomor 85 Tahun 2021, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk sektor perikanan ditetapkan tarif 5 persen untuk kapal berukuran di bawah 60 GT dan 10 persen untuk kapal di atas 60 GT.

Ini berarti sebagian besar nelayan kecil (sekitar 70 persen) yang umumnya memiliki kapal berukuran kurang dari 5 GT juga dikenai pajak.

Baca juga: Kota 15 Menit untuk Masyarakat Sehat Jasmani dan Rohani

Yang memilukan adalah bahwa pada peraturan yang lama hanya kapal berukuran 30 GT ke atas saja yang dikenai pajak.

Sulit disanggah bahwa nelayan merasakan beban yang lebih berat dengan kebijakan baru ini.

Pungutan PNBP itu hanya salah satu biaya yang harus mereka keluarkan. Ada lagi pungutan-pungutan lain di lapangan yang jika digabung dapat mencapai 15 persen dari ongkos produksi.

Nasib nelayan kecil di negara kepulauan ini memang cukup menyedihkan. Mereka pernah kesulitan saat harus menggunakan alat penangkap ikan yang lebih ramah lingkungan.

Setelah sebagian nelayan mematuhi peraturan itu, pemerintah membolehkan kembali penggunaan alat tangkap yang kurang ramah lingkungan.

Tujuan awal untuk mempraktikkan penangkapan ikan yang berkelanjutan untuk sementara harus ditunda.

Pelaksanaan kebijakan yang baik agaknya harus disiapkan lebih matang terlebih dahulu, karena kondisi nelayan dan lingkungan yang berbeda-beda.

Masalah klasik lain adalah adanya kapal-kapal asing yang menangkap ikan tidak jauh dari pantai.

Mereka mengeruk ikan dalam jumlah banyak sehingga menyisakan sedikit ikan bagi nelayan setempat.

Penenggelaman kapal-kapal asing ilegal yang membuat bangga bangsa dan dipuji dunia itu kini tidak lagi sering terdengar.

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dengan karakteristik daerah-daerah yang heterogen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah Tapi Tetap Dapat Nilai

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah Tapi Tetap Dapat Nilai

Regional
Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Regional
Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com