SOLO, KOMPAS.com - Pasar Pucangsawit di Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, kian memprihatinkan.
Pasar tradisional yang diresmikan era pemerintahan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) pada 2011 sepi pembeli maupun pedagang.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Senin (4/4/2022) hanya ada beberapa pedagang yang membuka kios mereka. Terutama, pedagang yang memiliki kios bagian depan.
Sementara, kios bagian dalam dan lantai atas terlihat kosong. Kios itu dibirkan kosong oleh pemiliknya.
Baca juga: Takmir Masjid Darussalam Solo Kembali Bagikan 1.300 Porsi Bubur Samin Banjar Selama Ramadhan
Banyak pedagang yang meninggalkan kios mereka dan memilih pindah ke yang pasar tradisional yang lebih ramai.
Begitu juga dengan pembeli. Mereka memilih membeli kebutuhan pokok ke pasar terdekat, seperti Pasar Ledoksari dan Pasar Tanggul.
Salah seorang agen elpiji yang masih bertahan di Pasar Pucangsawit, Eko Budiyani (60) menceritakan, sepinya pembeli maupun pedagang yang berjualan di pasar sudah berlangsung lama.
"Sepinya pasar ini sudah lama sekali. Setelah diresmikan, banyak pedagang yang pindah karena sepi pembeli," kata Eko, saat ditemui di Pasar Pucangsawit, Jebres, Solo, pada Senin.
Eko mengaku, awalnya berjualan sembako di Pasar Pucangsawit. Karena sepinya pembeli membuat usahanya gulung tikar.
Ia kemudian berganti berjualan kebutuhan rumah tangga. Lagi-lagi usahanya gulung tikar.
Akhirnya, Eko mampu bertahan di Pasar Pucangsawit hingga sekarang dengan berjualan elpiji.
"Sebenarnya aku capek jualan sepi. Aku bertahannya karena suami punya kios di Pasar Ledoksari. Kalau tidak punya sampingan di sana, ya mungkin sama yang lain (pindah)," ungkap dia.
Menurut dia, berbagai upaya telah dilakukan untuk meramaikan Pasar Pucangsawit.
Tetapi, belum berhasil. Kondisi pasar tetap saja sepi pembeli.
"Tidak kurang-kurang upaya meramaikan pasar. Sudah diruwat (membuang sial), terus berbagai acara digelar di sini, tapi belum berhasil membuat pasar kembali ramai," terang dia.
Dia menilai, sepinya pembeli dan banyak pedagang yang berpindah ke pasar lain karena lokasinya yang berada di ujung timur Solo.
"Dulu awal-awal atas bawah itu penuh pedagang. Sekarang yang aktif berjualan tinggal sedikit ditambah dengan adanya corona," kata dia.