Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Terbang, Atlet Paralayang Tewas Usai Jatuh di Atap Rumah Warga, Diduga Terburu-buru Jelang Shalat Jumat

Kompas.com - 03/04/2022, 08:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Atlet paralayang Yazid Khairil Azis (32) mengalami kecelakaan akibat gagal terbang hingga meninggal dunia pada Jumat (1/4/2022) sekitar pukul 11.30 WIB.

Yazid adalah warga Desa Rowobani, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Hari itu, ia dan empat rekannya lepas landas dari puncak Gunung Gajah, Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan dan akan landing di Lapangan Muncul Desa Rowobani, Kecamatan Banyubiru.

Empat rekan Yazid berhasil lepas landas dan mendarat. Namun pria 32 tahun yang lepas landas terakhir, gagal landing dan terjatuh di rumah seorang warga yang bernama Andi Setiawan.

Baca juga: Atlet Paralayang Tewas Usai Jatuh di Rumah Warga, Dispar: Mungkin Korban Terburu-buru

Andi adalah warga Dusun Babadan, desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Jumat siang, Andi mengaku mendengar suara keras seperti ledakan saat berkumpul bersama keluarga. Saat dicek di lantai dua rumahnya, genteng, plafon dan usuk rumah Andi suah berjatuhan.

“Saya kaget kenapa rumah saya bolong bagian atas, langsung saya mendekat dan melihat ke atas ada layang-layang warna merah kecil. Saya kira itu milik anak kecil soalnya benda itu masih melayang di atas jaraknya sekitar lebih dari 600 meter,” kata dia.

Anak dan istrinya juga melihat helm. Sementara Andi sendiri melihat pria yang berada di lantai dalam kondisi tak bergerak.

“Setelah melihat bawah, pertama kali yang saya lihat kok ada helm seperti helm gowes gitu, saya kira dulu yang memasang plafon rumah saya, pakai helm dan ketinggalan di atas."

Baca juga: Andi Kaget dan Gemetar Saat Temukan Atlet Paralayang Meninggal Usai Terjatuh di Rumahnya

"Lalu saya lihat di sebelahnya ternyata ada korban jatuh dari atas dan seketika itu saya kaget dan badan langsung gemetar,” kata pemilik rumah.

"Saya tidak tahu kalau atlet paralayang, kemudian melapor ke pak RW untuk mencari pertolongan warga," ungkapnya.

Setelah warga berdatangan, dia baru mengetahui jika pria yang jatuh menimpa rumahnya adalah seorang atlet paralayang.

Andi juga menemukan tulang milik korban di rumahnya.

Baca juga: Kesaksian Andi Saat Atlet Paralayang Meninggal di Rumahnya Usai Jatuh dari Ketinggian 200 Meter

“Setelah semua selesai, saya langsung bersih-bersih dan saat itu saya menemukan tulang milik korban. Saya langsung berpikir, wah jatuhnya kencang banget sampai ada tulang yang keluar dari badannya,” ujarnya.

Ia mengatakan posisi atet tersebut berada di bawah meja milik Andi.

“Pak Andi, kok bisa ya meja dan buku yang ada di atas meja utuh tapi korbannya berada di bawah meja,” kata Andi menirukan perkatan Kepala Desa Gedong kepadanya.

Tenyata sang atlet terjatuh dari ketinggian sekitar 200 meter dan meninggal dunia.

 

Diduga terburu-buru shalat Jumat

Seorang peserta terbang di langit Gunung Gajah Kabupaten SemarangKOMPAS.com/Dian Ade Permana Seorang peserta terbang di langit Gunung Gajah Kabupaten Semarang
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Heru Subroto mengaku mengenal Yazid secara pribadi. Ia mengatakan Yazid dikenal sebagai relawan yang banyak bergerak di bidang kemanusian.

"Orangnya memang supel dan gampang bergaul. Kita semua tentu kehilangan dengan kepergian almarhum," jelas Heru yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Sabtu (2/4/2022).

Ia menduga saat kejadian, korban terburu-buru karena jelang shalat Jumat.

Dari informasi yang didapat Yazid sempat bertahan di udara dengan ketinggian 200 meter selama 4 menit.

"Dari informasi yang saya dapat beliau sempat bertahan di udara selama 4 menit di ketinggian 200 meter. Safety untuk body-nya belum terpasang sempurna, karena maaf, saudara Yazid mungkin terburu-buru," kata dia.

Baca juga: Gagal Mendarat, Atlet Paralayang Jatuh dari Ketinggian 200 Meter ke Atap dan Meninggal

Yazid terbang diurutan terakhir, karena safety belt tak terpasang sempurna dirinya jatuh terpisah dari paralayangnya.

Menurut Heru, paralayang adalah sport-tourism yang memiliki risiko tinggi. Sehingga semua yang mengikutinya harus mematuhi aturan keselamatan.

"Mengenai kejadian kemarin, mungkin korban terburu-buru karena menjelang shalat Jumat, sehingga ada yang tidak dipenuhi. Ini harus ada pendampingan," tegasnya.

Dia menjelaskan, pendampingan dilakukan oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) selaku induk organisasi yang membawahi atlet paralayang.

Baca juga: Terbawa Angin Kencang, Penerbang Paralayang Tersangkut di Pohon

"Jadi diharapkan ada jadwal latihan rutin bersama yang tujuannya pengawasan dan kontrol, saling mengingatkan mengenai aturan keselamatan tersebut," kata Heru.

Heru mengungkapkan, kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Apalagi, saat ini paralayang sedang digemari banyak orang.

"Khusus di Kabupaten Semarang, paralayang ini menjadi olahraga yang membanggakan karena prestasi yang ditorehkan sangat banyak," ungkapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dian Ade Permana | Editor : Khairina, Pythag Kurniati), Tribun Jateng

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com