BENGKULU, KOMPAS.com - Kepala Desa Tepi Laut, Kecamatan Air Napal, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu Zakaria mengeluhkan tanah desanya yang terus tergerus abrasi.
Menurutnya selama 10 tahun terakhir rerata 100 meter tanah di Bengkulu hilang ditelan laut.
"Lihatlah tanah kami hilang ditelan laut. Abrasi begitu ganas. Selama 10 tahun terakhir 100 meter tanah pinggir pantai hilang. Di desa kami ada sekitar 4 hektar kebun kelapa warga hilang. Bahkan di sepanjang pesisir pantai mulai dari Kabupaten Kaur hingga Mukomuko ada rumah warga yang tergerus ombak," ungkap dia.
Di Kecamatan Air Napal, menurut dia, ada 11 desa mengalami hal sama, luasan desa mengecil, kebun warga berubah menjadi lautan.
Dalam Musrenbang kabupaten, desa-desa di pesisir sering mengusulkan ke pemerintah agar ada kebijakan untuk menekan abrasi seperti membuat penahan gelombang atau menanam mangrove. Namun usulan tersebut belum bisa diakomodir mengingat terbatasnya anggaran daerah.
Sebelumnya Koordinator Kebencanaan Woman Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan, Bengkulu, Nurcholis Sastro, pernah mengungkap, berdasarkan hasil kajian lembaga itu, pada tahun 2040 sedikitnya 20 desa di kawasan pesisir daerah itu diprediksi akan menghilang akibat laju abrasi yang sangat tinggi.
Baca juga: Viral Video Rumah 2 Lantai Ambruk, Diduga karena Abrasi Sungai
"20 desa itu tersebar di pesisir pantai Bengkulu sepanjang 535 kilometer panjang pantai Bengkulu," kata Nurcholis.
Mengantisipasi ancaman abrasi tersebut, tim relawan sanak Anies Baswedan Provinsi Bengkulu, melakukan penanaman pohon ketapang sepanjang tepi Pantai Nangai Puyang Ranggo, Desa Tepi Laut, Kecamatan Air Napal, Kabupaten Bengkulu Utara.
Tidak kurang puluhan bibit pohon ketapang ditanam di tepi pantai, guna mengatasi ancaman abrasi. Bibit yang ditanam itu bantuan dari BKSDA Bengkulu.
"Kita melakukan penanaman bibit pohon ketapang ini untuk mengatasi abrasi. Sebab selama ini di daerah ini sudah lama terjadi abrasi," kata Ketua Tim Relawan Sanak Anies Baswedan Provinsi Bengkulu, Epita Darnela.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.