Ia juga menambahkan, prevalensi stunting di Kabupaten Sikka sebesar 19,1 persen pada Agustus 2020. Pada 2021, turun menjadi 18,2 persen. Dan, pada Februari 2022, turun menjadi 17,1 persen.
Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang menempatkan Sikka sebagai daerah dengan status kuning dengan prevalensi stunting antara 20 hingga 30 persen.
Menurun tetapi Tidak Signifikan
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kabupaten Sikka, dr Maria Bernadina Sad Nenu mengatakan, angka stunting di Sikka cenderung menurun selama tiga tahun terakhir.
Baca juga: Soal Kasus Kematian ASN di Sikka, Polisi Otopsi Jenazah yang Sudah Dikubur
Bernadina menyebut, pada Agustus 2020 prevalensi stunting di Kabupaten Sikka sebesar 19,1 persen, pada 2021 18,2 persen, dan hingga Februari 2022 sebesar 17,1 persen.
"Prevalensi stunting memang memperlihatkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahunnya, tetapi tidak signifikan," ujarnya.
Dikatakan, menurunnya prevalensi stunting di Kabupaten Sikka tidak lepas dari intervensi semua pihak. Apalagi sejak 2019, Sikka telah ditetapkan sebagai salah satu dari 160 kabupaten/kota prioritas intervensi stunting nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.