KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak 15 Kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), masuk kategori merah status stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada anak-anak.
Hal itu berdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. Dari 15 wilayah itu, Kabupaten Sabu Raijua masuk di dalamnya.
Baca juga: Seorang Ibu Hamil di Sabu Raijua Tersambar Petir, Bayi di Kandungan Meninggal
Menanggapi kondisi itu, Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke mengeklaim, daerahnya sudah keluar dari kategori merah stunting.
"Sejak Agustus 2021, kita sudah keluar dari kategori merah, dengan persentase 25,5 persen," ujar Nikodemus, kepada Kompas.com, Sabtu (26/3/2022).
Bahkan kata Nikodemus, per Januari-Februari 2022, angka kasus stunting di Kabupaten Sabu Raijua sudah mencapai 24,4 persen.
"Target kami, di tahun 2023 mendatang turun sampai 15 persen dan tahun 2024 turun menjadi 10 persen," kata dia.
Menurut Nikodemus, pengukuran stunting dilakukan pada setiap bulan penimbangan yakni enam bulan sekali.
Nikodemus menyebut, strategi yang dipakai untuk menurunkan stunting, yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan.
Baca juga: Jokowi: Angka Stunting Harus di Bawah 14 Persen pada 2024, Jangan Luput
Semua organisasi perangkat daerah, instansi vertikal (Polisi dan TNI), tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, termasuk juga tim penggerak PKK Kabupaten, kecamatan, dan desa serta kelurahan.
"Kita juga membentuk tim pendampingan calon pengantin atau keluarga yang berencana menuju bahagia," ujar dia.
Menurut dia, selain intervensi dari semua organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam penanganan stunting, ada juga intervensi pemerintah desa, dengan program makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, anak PAUD, dan remaja putri atau siswa dengan pemberian vitamin.
Dia berharap, dengan campur tangan semua pihak, penurunan stunting di wilayah itu bisa tercapai sesuai target.
Berdasarkan data SSGI 2021, NTT masih memiliki 15 kabupaten berkategori merah. Pengkategorian status merah tersebut berdasarkan prevalensi stuntingnya masih di atas 30 persen.
Ke-15 kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Belu, Manggarai Barat, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sabu Raijua, Manggarai, Lembata dan Malaka. Bersama Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara juga memiliki prevalensi di atas 46 persen.
Baca juga: Perangi Stunting, Pemkab Manggarai Timur Bentuk Tim Khusus
Sementara sisanya, 7 kabupaten dan kota berstatus kuning dengan prevalensi 20 hingga 30 persen, diantaranya Ngada, Sumba Timur, Negekeo, Ende, Sikka, Kota Kupang serta Flores Timur. Bahkan tiga daerah seperti Ngada, Sumba Timur dan Negekeo mendekati status merah.
Tidak ada satupun daerah di NTT yang berstatus hijau yakni berpravelensi stunting antara 10 hingga 20 persen. Apalagi berstatus biru untuk prevalensi stunting di bawah 10 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.