Kemudian, Ken Arok memesan sebuah keris kepada Mpu Gandring, Mpu di Tumapel.
Namun, Ken Arok tidak sabar menunggu pembuatan keris yang membutuhkan waktu lama untuk menjadi senjata yang ampuh.
Ia marah lalu merebut keris yang belum selesai dan menikam tubuh pembuatnya.
Menjelang ajal, Mpu Gandring mengutuk bahwa Ken Arok akan mati di ujung keris dan keris akan meminta korban tujuh nyawa.
Ken Arok meminjamkan keris tersebut pada temannya yang senang pamer, yaitu Kebo Ijo.
Baca juga: Ketum Gerindra: Kasus HAM Prabowo Sudah Selesai, Masa Balik ke Zaman Ken Arok?
Kebo Ijo memamerkan keris itu pada teman-teman prajuritnya bahwa keris tersebut adalah miliknya.
Suatu saat, Ken Arok mencuri keris dari Kebo Ijo lalu menggunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Dengan sendirinya, tuduhan jatuh pada Kebo Ijo.
Sementara, Ken Arok berhasil menggantikan kedudukan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Ken Dedes.
Setelah menjadi akuwu, Ken Arok menaklukkan Kerajaan Kediri yang diperintahkan Raja Kertajaya (1191-1222).
Ia mendirikan Kerajaan Singasari dan menobatkan diri menjadi Raja Singasari pertama dengan gelar Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi.
Dari Ken Dedes, Ken Arok mendapatkan putra yang bernama Mahisa Wongateleng. Sedangkan dari Ken Umang, ia mendapatkan putra Tohjaya.
Baca juga: Mengenal Candi Singasari di Malang, Sejarah, Lokasi, Fungsi, dan Ciri-ciri
Kutukan Mpu Gandring mulai berlaku, Ken Arok dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Anusapati menggunakan keris Mpu Gandring.
Anusapati dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Tohjaya. Kemudian, Tohjaya dibunuh dan diganti kedudukannya oleh Ranggawuni, anak Anusapati.
Ranggawuni dinobatkan sebagai raja dengan gelar Jayawisnuwardhana dan memerintahkan Singasari pada 1227 hingga 1268.
Jayawisnuwardana digantikan oleh putranya, Joko Dolog yang bergelar Kertanegara (1268-1292).