Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati Dicibir Tak Berempati hingga Kerupuk Direbus, Ini Kata Fx Hadi Rudyatmo

Kompas.com - 24/03/2022, 13:01 WIB
Fristin Intan Sulistyowati,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menanggapi pernyataan dari Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.

Sebelumnya, Megawati menyarankan masyarakat untuk merebus makanan ketika sulit mendapatkan minyak goreng.

Namun, banyak warganet media sosial yang mencibir presiden kelima RI itu karena dianggap tidak berempati dengan masyarakat saat ini.

Baca juga: Elite PDI-P: Ada Yang Tak Paham Maksud Megawati Saat Berkomentar soal Minyak Goreng

Seperti halnya, warganet yang mempertanyakan dan merespons seperti ditulis beberapa akun Twitter.

"Kok begini ya statementnya.. Nyari tidak ada empati Ketum Partai wong cilik ini!" tulis akun @NenkMonica.

"Kerupuk kalo direbus jadinya seblak ibuuuu tau apa nda yaa," tulis akun @zarazettirazr, Jumat (18/3/2022).

Menanggapi kritik itu, FX Hadi Rudyatmo mengatakan pesan yang disampaikan Megawati Soekarnoputri semata-mata untuk para kaum elite pemangku kebijakan

"Jangan itu yang dibahas. Namun apa yang dibicarakan Mbak Mega adalah bahasa Jawa-nya digodok. Para elite politik agar menggodok, merumuskan, supaya tidak antre minyak goreng bagaimana," kata Rudy, pada Kamis (24/3/2022).

Rudy menambahkan, arti kata menggodok yang dimaksud adalah merumuskan sebuah kebijakan atau solusi atas apa yang dialami rakyat.

Baca juga: Membaca Kecerobohan Komunikasi Politik Megawati dalam Polemik Minyak Goreng

Harus ada pembicaraan atau musyawarah untuk menentukan kebijakan yang paling tepat untuk rakyat untuk saat ini.

"Kalau saya sebagai orang Jawa bilang digodok itu dibicarakan. Dimasak dulu, dicarikan solusinya dulu dibicarakan supaya tidak antre minyak. Tapi penyampaian seperti itu saya tidak mau mengomentari," jelas Rudy.

Rudy mengaku lebih suka mengambil makna yang terkandung dari pernyataan Megawati tersebut.

"Tapi kalau netizen melihat seperti itu, itu hak pribadi masing-masing. Tapi saya menangkapnya ini adalah makna dari kata godok, digodok itu dibicarakan, dimusyawarahkan. Sebelum ada kejadian seperti itu digodok," lanjutnya.

Selain itu, Rudy bercerita selama ini sudah terbiasa makan makanan yang dimasak dengan cara direbus.

Baca juga: Membaca Kecerobohan Komunikasi Politik Megawati dalam Polemik Minyak Goreng

"Saya kalau ngrowot 40 hari makan hanya singkong. Jadi karena ini tahun politik ya semua akan dibolak-balikkan, digoreng. Tapi saya sepakat sebagai pribadi, saya menghindari makanan gorengan. Kesehatan luar biasa," ujar Rudy.

Rudy pun menyinggung ketika orang mau makan makanan yang digoreng harus mencari tisu untuk menyerap minyaknya.

"Kalau ndak bisa goreng ya direbus. Pisang rebus. Mau tempe tidak digoreng ya direbus, ditumpang," jelasnya.

Saran lainnya, Rudy menjelaskan tempe dibakar kemudian diolah menjadi tempe penyet

Menurutnya tempe bakar lalu dibuat sambal rasanya enak. "Itu saja, tempe dibakar, disambal, enak," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Regional
Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Regional
Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Regional
Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Regional
Pj Wali Kota Muflihun Minta Jalan Rusak Segera Diperbaiki, Dinas PUPR Pekanbaru: Secara Bertahap Telah Diperbaiki

Pj Wali Kota Muflihun Minta Jalan Rusak Segera Diperbaiki, Dinas PUPR Pekanbaru: Secara Bertahap Telah Diperbaiki

Regional
Asmara Berujung Maut, Wanita di Wonogiri yang Hilang Sebulan Ternyata Dibunuh Pacar

Asmara Berujung Maut, Wanita di Wonogiri yang Hilang Sebulan Ternyata Dibunuh Pacar

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Regional
Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Regional
11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

11 Tokoh Daftar Pilkada 2024 di Partai Golkar Gunungkidul, Ada Bupati Sunaryanta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com