SEMARANG, KOMPAS.com - Berbagai kontribusi dilakukan anak muda untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik.
Terlebih dalam bidang lingkungan, satu per satu gerakan hingga komunitas mulai menyuarakan pola hidup sehat.
Fokus dalam pola hidup zero waste, salah satu komunitas lingkungan di Semarang, Komunitas Back Ind, hadir untuk merangkul masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan, utamanya dalam memilah, mengelola, dan memanfaatkan sampah plastik.
Sesuai dengan namanya, Back artinya kembali; mengembalikan. Ind, berarti Indonesia.
Baca juga: Makam Pendiri Kota Semarang Mulai Banyak Didatangi Peziarah Jelang Ramadhan
Komunitas yang didominasi oleh anak-anak muda ini memiliki tujuan untuk mengembalikan marwah Indonesia melalui zero waste lifestyle dan eco sociopreneur.
Menyoal tentang alam, Presiden Back Ind, Falasifah menuturkan, memiliki kesinambungan yang lekat dengan manusia.
Terlebih, jika terjadi kerusakan alam, manusia selalu menjadi sumber yang disalahkan, begitu pula sebaliknya.
“Artinya, kita dan alam saling menyalahkan sehingga tidak ada jalan keluar. Maka, hadirnya Komunitas Back Ind ini ingin menjembatani antara alam dan manusia agar terjadi keselarasan,” ucap Falasifah, kepada Kompas.com, pada Selasa (22/3/2022).
Komunitas Back Ind memiliki tagline “Manusia Punya Rasa, Alam Punya Cerita”.
Salah satu hal yang jelas terbukti yaitu ketika dunia harus menerima kondisi pandemi Covid-19.
Ketika orang-orang sudah bosan di rumah, mereka ingin keluar melihat alam.
Sehingga, pada dasarnya, manusia sangat membutuhkan alam, alam pun punya cerita untuk membentuk ekosistem yang luar biasa.
Menariknya, komunitas ini tidak muluk-muluk memiliki program kerja.
Menurut Sifa, kesalahan yang sering dilakukan kebanyakan komunitas yaitu terlalu sibuk menyusun program kerja di awal.
Namun, program tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak bisa menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
“Jadi, kami harus turun dulu ke lapangan. Mendata permasalahan sampah di masyarakat, bagaimana pengetahuannya tentang sampah, hingga bagaimana mereka mengelola sampah. Dengan data itu, baru kami bisa susun apa saja yang dibutuhkan masyarakat,” kata alumni Undip jurusan Biologi itu.