LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, NTT berencana membatasi kunjungan di kawasan Taman Nasional Komodo menyusul peristiwa dua wisatawan yang meninggal di Pulau Padar pada 18 Maret lalu.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Pius Baut mengatakan, pihaknya langsung melakukan rapat koordinasi bersama Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF), asosiasi kapal wisata, asosiasi agen travel, dan asosiasi guide, untuk meminimalisasi peristiwa serupa terulang.
Evaluasi yang dilakukan di antaranya adalah mengatur ulang paket tur yang diberikan oleh agen travel.
Baca juga: 2 Wisatawan Meninggal di Taman Nasional Komodo, Ini Respons Badan Otorita Labuan Bajo
"Spot-spot yang harus dikunjungi kita batasi. Itu kan ada paket turnya one day trip. Hasil diskusi kami bahwa faktor itu juga yang memengaruhi kelelahan. Memaksa, kejar jam tayang dari tamu," kata Pius kepada Kompas.com di Labuan Bajo, Rabu (23/3/2022) siang.
Menurutnya, pembatasan spot yang dikunjungi dan edukasi kepada wisatawan perlu ditingkatkan.
Pihaknya mengimbau kepada pelaku wisata agar spot yang dikunjungi maksimal lima titik atau bahkan empat titik dalam satu trip.
Jumlah ini lebih sedikit dari spot yang dikunjungi sebelumnya yakni enam titik.
"Artinya, jika sudah treking di Padar lalu lanjut di Komodo. Itu sangat memaksa. Pasti melelahkan," katanya.
Baca juga: Menhub: Labuan Bajo Ini Terlalu Indah
Ia menyebut, terkadang keindahan alam yang mempesona membuat orang lupa diri hingga lupa kesehatan.
"Karena itu, kita minta pelaku wisata untuk memberi peringatan keras kepada tamu, harus jujur. Kepada wisatawan agar jujur tentang kesehatan," ujarnya.
Pius mengusulkan kepada BTNK agar memperketat pintu masuk ke kawasan tersebut.
"Masuk ke Padar dari jam 6 sampai 10. Sorenya, dari pukul 15.00 sampai 18.00 Wita. Di atas jam itu tidak boleh lagi ada kunjungan," katanya.
Pihaknya juga mengusulkan agar di beberapa titik di dalam kawasan BTNK disiapkan payung dan fasilitas kesehatan.
"Itu yang perlu dikaji lagi, termasuk tenaga medis," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.