Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerobak Penyambung Harapan, Cara Dosen Unnes Bantu Mahasiswanya Bertahan Hidup

Kompas.com - 21/03/2022, 09:00 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Masalah keuangan yang kerap dialami mahasiswa perantauan ternyata menarik perhatian Andy Suryadi.

Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini sampai bergerak untuk membantu kesulitan mahasiswanya.

Namun, Andy punya cara yang berbeda dalam membantu mahasiswanya. Dia menyiapkan gerobak agar mereka yang butuh tambahan uang bisa bekerja.

Baca juga: Djarum Buka Beasiswa 2022 bagi Mahasiswa, Uang Saku Rp 1 Juta Per Bulan

Di rumah Andy, tampak ada tiga gerobak bakso yang bisa dimanfaatkan mahasiswa Unnes untuk mencari uang.

Sejak tahun 2019, Andy telah memfasilitasi sejumlah mahasiswa Unnes yang membutuhkan biaya tambahan untuk kelangsungan hidupnya dengan berwirausaha.

Tidak hanya gerobak bakso, Andy juga memiliki gerobak es tebu, corn dog, hingga kafe yang semuanya dikelola oleh mahasiswanya.

Wahib, mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang berjualan untuk dengan gerobak dari dosennya.KOMPAS.com/SABRINA MUTIARA FITRI Wahib, mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang berjualan untuk dengan gerobak dari dosennya.

Motivasi Andy dalam memfasilitasi mahasiswanya itu tidak lain adalah ingin membantu mereka yang kurang dalam ekonomi, serta ingin menyelamatkan kelangsungan hidupnya.

"Karena tidak mungkin jika saya langsung ngasih mereka dengan uang cash. Lantas hal itu juga tidak menyelesaikan masalah," tutur Andy kepada Kompas.com, Minggu (20/3/2022).

Baca juga: 17 Dosen Unnes Dipanggil Polisi soal Dugaan Korupsi Pemotongan Dana Penelitian

Apalagi, imbuh Andy, tidak sedikit dari mereka yang sudah tidak mendapat kiriman dari orangtuanya, karena sedang dalam keadaan sulit.

Selain itu, Andy juga menuturka, tidak pernah menutup lapak jualannya, meskipun terimbas rugi.

"Misal ditutup, pertimbangan saya adalah saya belum punya titik lain yang bisa menggantikan agar mereka tetap bekerja," ucap Andy.

 

Meski begitu, lapak jualan milik Andy ini dinilai memilki kelebihan, pun kekurangan.

Salah satu kelebihannya, selain bisa belajar berbisnis dan berwirausaha, mahasiswa menjadi sedikit terbantu dengan hasil kerja keras mereka menjajakan dagangannya.

Sayangnya, konsistensi orang yang menjual terkadang membuat pelanggan kebingungan.

Pasalnya, kalangan mahasiswa juga masih memiliki kesibukan untuk berorganisasi hingga kegiatan kampus lainnya.

"Jadi, ketika mereka izin dan konfirmasi jam segini belum bisa, saya yang menggantikan mereka berjualan," jelas Andy.

Baca juga: Dari Hasil Pemeriksaan 5 Saksi, Dosen Unsri Akui Kirim Chat Mesum ke Mahasiswi

Hingga saat ini, terhitung 14 mahasiswa yang mendapat fasilitas dari Andy untuk berwirausaha.

Mulai dari yang mengelola gerobak bakso bakar, menata sosis dan barang sejenis, pengelola gerobak es tebu dan corn dog, hingga kafe di sebelah rumahnya, tepatnya di Patemon, Gunungpati, Semarang.

Mereka bekerja secara shifting atau paruh waktu. Untuk gerobak bakso bakar, beroperasi pada sore pukul 16.00 WIB hingga 23.00 WIB.

Ada tiga titik penjualan lapak bakso bakar, di SD N 1 Sekaran, jembatan dekat Rusunawa Unnes, dan Sampangan.

"Kalau corn dog di satu titik dekat Gang Cempaka. Kalau es tebu, untuk saat ini karena cuaca hujan terus jadi kita menyesuaikan," jelas Andy.

Baca juga: Kawal Sidang Dosen Cabul, Puluhan Mahasiswa Unsri Datangi Pengadilan Palembang

Gerobak penyambung hidup

Gerobak, tusukan bakso sosis, kompor, bumbu, kursi, hingga payung besar telah selesai dibereskan rapi dalam satu motor yang sudah tak berspion.

Wahib, seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat akhir asal Kebumen.

Laki-laki itu bertopi, mengenakan kaus dan celana sederhana ini sudah bersiap untuk tancap gas ke titik jualannya, di depan SD N 1 Sekaran.

Sebelum berangkat membawa gerobak motor bertuliskan "Endesss" itu, dia sempat berbagi cerita kepada Kompas.com tentang motivasinya memilih untuk berjualan bakso bakar.

Konon katanya, dia yang paling lama ikut berjualan bakso bakar dengan fasilitas dari Andy.

Sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), Wahib harus menanggung beban hidup sendiri.

Bahkan, dia berangkat menimba ilmu ke Unnes dibiayai oleh guru Bimbingan Konseling (BK) SMA-nya.

Atas dasar itu, Wahib tidak bisa berhenti memutar otak. Segala usaha telah dia ikuti, alhasil, bertemulah dia dengan Andy.

"Dulu sebelum sama Pak Andy memang sudah sering kerja parttime. Tapi paling enak memang sama beliau. Santai, malah dianggap kayak anak sendiri," ucap mahasiswa Unnes itu.

Baca juga: Buat Plastik Cepat Terurai dengan Biji Nangka, Siswa SD di Semarang Raih Penghargaan Internasional

Andy mengungkapkan, hasil pendapatan dalam sehari bisa dibilang cukup untuk makan sehari.

Meskipun, pendapatan setiap harinya tidak menentu, sesuai cuaca dan keadaan.

"Kadang bisa bawa uang bersih Rp 100.000, kadang kalau sepi Rp 30.000, Rp 40.000, ya segitu lah. Cukup nggak cukup, ya dicukup-cukupin," jelas Wahib.

Mau tidak mau, Wahib harus berusaha agar bisa bertahan hidup di Semarang dan menyelesaikan tugas akhirnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Tama, pemuda lulusan SMAN 12 Semarang.

Baca juga: 6 Cara Menghasilkan Uang dari Coding ala Dosen Unpas

Dia merantau dari Pemalang untuk bisa berkuliah di jurusan Geografi Unnes.

Namun, kegagalan bertubi-tubi harus dia terima dari tes SNMPTN sampai SBMPTN.

Saat ini, sembari menjadi takmir masjid, Tama memilih berjualan bakso bakar untuk menyambung hidupnya di Semarang.

"Walaupun masih diberi uang saku orangtua, tapi saya ingin belajar mandiri, belajar bekerja keras juga," ucap Tama.

Baca juga: Kunjungi Monumen Konservasi Pancasila di Unnes, Sekjen PDIP Hasto: Kita Bukan Bangsa Tempe, Kita Bangsa Pelopor

Di samping itu, dia juga ingin memutus stigma masyarakat bahwa tidak semua anak muda zaman sekarang tidak mau berjualan bakso bakar sepertinya.

"Soalnya kebanyakan pada gengsi mau jualan seperti ini. Kalau saya nurutin gengsi, nanti nggak bisa dapat uang," kata dia.

Dengan semangat yang membara, Tama bersiap dan berangkat menuju titik jualannya di jembatan dekat Rusunawa Unnes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com