Lantai rumah dibuat dari papan kayu jati yang kuat dengan susunan sedemikian rupa menggunakan teknik kunci.
Papan-papan tersebut saling menyatu meski tanpa dipaku, cara serupa digunaan pada dinding rumah.
Atap rumah yang berasal dari daun rumbia dan hipa-hipa disusun saling bertumpukkan.
Rumah tradisional Buton merupakan simbol mikrokosmos yang berdasarkan pola susun ruang terdiri dari tiga bagian, yaitu: bamba, tanga, suo, dan secara vertikal kapeo, karona banua, dan pa.
Baca juga: Rumah Adat Nias Omo Hada: Arsitektur, Struktur, dan Keunikan
Pola susun ruang tersebut merupakan penanda dari hakekat manusia kaki, badan, dan kepala yang makna sama dengan makro kosmis, yaitu kebesaran Tuhan.
Bentuk lantai rumah terdiri atas tiga tingkatan sebagai pembeda batas ruang secara fisik yang juga simbol nafas manusia "naik turun" yang bermakna dinamika kehidupan penghuninya.
Rumah juga memiliki batasan yang jelas antara pria dan wanita selalu ditemukan dalam konfigurasi ruang dan pemisah yang merupakan simbolisasi nilai ajaran Islam.
Masyarakat Sulaa masih mempertahankan Banua Tada sebagai rumah tinggal. Pertimbangannya adalah kondisi iklim dan lingkungan yang berupa wilayah pesisir dengan gelombang laut yang cukup tinggi pada musim-musim tertentu.
Sumber: http://digilib.mercubuana.ac.id/ma dan https://arsip-indonesia.org/nl/,
http://kepercayaan-tradisi.kemdikbud.go.id/da/d