KOMPAS.com - Fabio Quartararo, pebalap MotoGP dari Tim Monster Energy Yamaha, menyita perhatian masyarakat menjelang balapan seri kedua MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) akhir pekan ini.
Bintang MotoGP tersebut dengan santai datang ke sebuah konter pulsa dan membeli kartu perdana.
Sontak kehadirannya menarik perhatian warga sekitar yang segera berkerumun dan menyaksikan sosok pebalap yang selama ini dilihat dari layar kaca.
Masyarakat seakan "tak percaya" jika sosok pebalap terkenal dan tentunya juga memiliki penghasilan besar rela datang sendiri ke sebuah konter hanya untuk membeli kartu perdana.
Mengapa Fabio Quartararo tidak meminta orang lain untuk membelikan kartu perdana?
Baca juga: Dua Kali Didatangi Pebalap MotoGP Fabio Quartararo, Pemilik Konter Pulsa: Mungkin Pelayanannya Cepat
Fadjri Kirana Anggarani, dosen Psikologi, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menjelaskan, Fabio Quartararo telah menunjukan sebuah contoh sikap hidup sederhana.
Sikap bertanggung jawab terhadap kebutuhan pribadi dan tidak "merepotkan" orang lain.
"Di balik hingar bingar, fasilitas, dan kemegahan perhelatan MotoGP, yang identik dengan kemewahan, tak merubah karakter dan tetap menjadi “diri mereka sendiri”," katanya kepada Kompas.com, Jumat (18/3/2022).
"Saya rasa ini perlu ditiru, karena saat ini kita hidup di zaman penuh kemudahan melalui teknologi, konten-konten yang menggambarkan kemewahan. Jangan sampai, kondisi atmosfer ini membuat kita kehilangan jati diri kita sehingga melupakan siapa kita, melupakan kebutuhan kita, dan melupakan nilai-nilai yang kita miliki," katanya.
Baca juga: ITDC Minta Maaf atas Kisruh Pengambilan Stiker Kendaraan Penonton MotoGP
Dalam dunia psikologi, dikenal istilah minimalism yang dipopulerkan oleh Kasey Lloyd dan William Pennington.
Minimalism adalah sebuah gaya hidup yang membuat seseorang sengaja hidup dengan pengeluaran yang lebih sedikit.
"Konsep ini adalah kebalikan dengan materialisme yang fokus pada kehidupan materialis sebagai sarana utama pembentuk kepuasan dan kesejahteraan hidup," katanya.
Sementara itu, minimalism ini dibentuk oleh dua hal, yaitu otonomi dan kompetensi.
Otonomi di sini berarti adanya kebebasan diri untuk berperilaku sesuai dengan dirinya sendiri.
Selain itu, otonomi juga merujuk pada merasa bebas, atas apa yang mereka miliki dan bebas dari jebakan hedonis yang berujung pada adaptasi dan kesenangan hedonis.
Kompetensi, lanjut Rani, adalah adanya daya kontrol diri terhadap lingkungan untuk mengurangi kecemasan dan stres.
Selain itu, minimalism ini akan mendorong adanya ruang mental, kesadaran dan emosi positif.
"Kesadaran tentang diri merujuk pada kesadaran adanya nilai yang mereka miliki dan penting bagi mereka, seperti bagaimana mereka menghabiskan uang. Kesadaran ini membangun pemaknaan terhadap kesenangan dalam kesederhanaan dan harta yang dimiliki," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.