KOMPAS.com - Aksi penembakan yang dilakukan anggota TNI, Pratu R, mendapat sorotan. Pratu R merupakan seorang Satgas TNI BKO Batalyon Arhanud 11/Wira Bhuana Yudha.
Pelaku menembaki komandannya, rekannya, dan seorang anggota Brimob Pelopor Polda Maluku.
Akibat kejadian ini, anggota Brimob, Bharaka FA, meninggal dunia. Sementara itu, seorang rekan Pratu R berinisial Prada R dirawat di rumah sakit.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVI Pattimura Kolonel Arh Adi Prayogi Choirul Fajar mengatakan, insiden ini diduga disebabkan depresi berat yang dialami pelaku.
Peristiwa ini terjadi di Desa Liang, Kecamatan Waipia, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Rabu (16/3/2022) dini hari.
Terkait kejadian ini, pengamat militer, Khairul Fahmi, menyoroti soal kesiapan mental seorang prajurit.
“Ini (depresi) bisa diidentifikasi lebih awal jika psikotes, tes kejiwaan dan mental dilakukan dengan sungguh-sungguh di lingkungan TNI,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/3/2022).
Khairul menjelaskan, apabila berhasil diidentifikasi lebih awal, depresi bisa ditangani.
Selama ini, terang Khairul, masyarakat terkesan terlalu “melumrahkan” depresi. Padahal, imbuhnya, setiap orang tidak sama.
“Perlu monitoring intensif terhadap kesehatan mental para personel. Hal ini dibutuhkan dalam setiap penugasan operasi,” ucapnya.
Menurut Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) ini, monitoring perlu dilakukan dari waktu ke waktu, terutama untuk mengantisipasi kasus-kasus seperti yang dilakukan Pratu R.
“Mereka kan membawa senjata, sehingga risiko seperti ini harus diwaspadai. Bagaimana pun, tentara yang depresi, apalagi saat bersenjata, akan sangat membahayakan,” ungkapnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.