KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengunjungi kawasa destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) Pucak Waringan Creative Hub Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Selasa (15/3/2022).
Sehari sebelumnya, Ma'ruf Amin juga menerima kunjungan kehormatan Sekreraris Jenderal ke-8 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon di Hotel Meruorah Komodo, Labuan Bajo.
Sebagai destinasi pariwisata super prioritas, Labuan Bajo memiliki banyak obyek wisata antara lain Pulau Komodo, Pantai Pink hingga Manta Point.
Baca juga: Berkunjung ke Puncak Waringin Labuan Bajo, Wapres Dorong UMKM Bangkit dan Tumbuh
Pulau Komodo masuk dalam kategori situs warisan dunia oleh badan Perserikatan Bangsa-bangsa yakni UNESCO.
Terkait sejarah nama Labuan Bajo, labuan berasal dari kata labuhan yaitu desa yang dijadikan tempat berlabuh bagi orang-orang yang berasal dari Bajo dan Bugis Sulawesi Selatan.
Akhirnya desa ini kemudian disebut Labuan Bajo.
Alkisah di masa lalu tinggalkan seorang perempuan gaib yang terkenal elok rupawan yang dipanggil dengan nama Putri Naga.
Sang putri kemudian menikah dengan pria dari wangsa manusia yang bernama Majo.
Dari pernikahan tersebut, Putri Naga hamil dan melahirkan anak kembar yakni seorang bayi laki-laki dan seekor bayi naga.
Bayi laki-laki diberi nama Gerong dan dibesarkan di antara manusia. Sementara kembarannya yang berwujud naga diberi nama Orah dan dibesarkan di tengah hutan.
Baca juga: Wapres Terima Kunjungan Kehormatan Eks Sekjen PBB Ban Ki-Moon di Labuan Bajo
Sejak kecil Gerong dan Orah dipisahkan sehingga mereka tak saling mengenal satu dengan lainnya.
Singkat cerita, setelah mereka dewasa terjadi peristiwa yang mempertemukan Gerong dan Orah. Sebagai pria dewasa, Gerong memiliki tugas berburu binatang di hutan.
Dengan berbekal tombak, Gerong berhasil membunuh seekor rusa. Namun saat Gerong mengambil rusa hasil buruannya, tiba-tiba dari semak belukar muncul seekor kadal raksasa yang berusaha mengambil rusa hasil buruannya.
Baca juga: Buka AIWW di Labuan Bajo, Wapres Maruf Amin Tekankan Pentingnya Tata Kelola Air Bersih
Melihat hal tersebut, Gerong langsung mengangkat tombak hendak membunuh kadal raksasa tersebut. Namun tiba-tiba muncul perempuan dengan tubuh cahaya bersinar menyilaukan yang ternyata sosok gaib Putri Naga.
Sang Putri Naga itu pun melerai dan memberitahu jika kadal yang akan ia bunuh adalah saudara kembarnya.
“Jangan bunuh hewan ini, dia adalah saudara perempuanmu, Orah. Aku-lah yang melahirkan kalian. Anggaplah dia sesamamu karena kalian sejatinya adalah bersaudara kembar.”
Struktur narasi folkore itu membangun kedekatan hubungan antara manusia dan Komodo.
Baca juga: Bupati Manggarai Barat: Tidak Semua Penginapan di Labuan Bajo Mahal
Komodo adalah binatang purba yang masih lestari hingga kini.
Taman Nasional Komodo adalah habitat terakhir sekaligus satu-satunya di dunia tempat spesies ini hidup.
Pada 1991 UNESCO mendeklarasikan kawasan yang dihuni sekitar 5.700-an kadal raksasa yang tampak seperti naga sebagai Situs Warisan Alam Dunia.
Sebelumnya, pada 1986 UNESCO juga telah menetapkan kawasan itu sebagai Cagar Biosfer.
Sedangkan status Taman Nasional Komodo sendiri ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada 1980, yang kawasannya meliputi areal Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motang, dan Nusa Kode.
Baca juga: Labuan Bajo Siap Sambut Wisatawan Mancanegara dengan Wajah Baru
Melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, posisi Komodo didudukkan sebagai sebagai satwa nasional.
Sementara pada tahun 2006, kawasan lindung yang meliputi wilayah darat dan laut yang dengan luas total 1.817 kilometer persegi ini ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono sebagai percontohan taman nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.