Kondisi tersebut diperparah dengan harga bahan kebutuhan yang sangat mahal di wilayah ini.
Harga harga Sembako dan kebutuhan lain, akan menjadi hampir dua kali lipat dari harga normal setelah sampai Wa’Yagung.
Permia mengatakan, persoalan harga terkait masalah jarak dan cara pengangkutan yang tidak biasa.
"Jadi barang barang Sembako dan lainnya didatangkan dari Long Bawan yang merupakan pusat kota Krayan. Dari sana, bisa dibawa menggunakan mobil menuju perbatasan Wa’Yagung, lalu harus diangkut menggunakan kerbau. Kita harus jalan kaki setidaknya delapan jam menuju Wa’Yagung, kadang malah harus bermalam di hutan," lanjutnya.
Baca juga: Jelang Dibukanya Perbatasan Malaysia, Calon Buruh Migran dengan Paspor Palsu Bermunculan
Salah satu contohnya adalah harga gula pasir yang dibanderol Rp 32.000 per kilogram, akan dijual dengan harga lebih dari Rp 50.000.
"Ada juga yang mengambil barang dagangan dengan dipikul jalan kaki. Itu yang membuat harganya dijual jauh lebih mahal. Biasanya harganya bertambah Rp 20.000 dari harga normal di Krayan," kata Permia.
Kendati hasil panen musnah diterjang banjir, masyarakat Wa’Yagung tidak merasa panik ataupun bingung.
Keseharian mereka yang sebagai petani dan pekebun, memiliki sejumlah tanaman pangan, seperti ubi, juga banyak jenis buah-buahan.
"Kalau masalah makan, di Wa’Yagung tidak bingung. Justru yang bingung itu menjual hasil kebun. Masyarakat banyak memanen buah durian, mata kucing (kelengkeng) dan jenis buah lain, tapi karena kendala akses, tidak bisa keluar dari Wa’Yagung," sesalnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.