NUNUKAN, KOMPAS.com – Musibah banjir yang berakibat longsor, terus terjadi di Desa Wa’Yagung, Dataran Tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sejak Januari 2022.
Kejadian yang terbaru, hasil panen untuk persiapan setahun ke depan bagi masyarakat sekitar, musnah disapu banjir.
Terisolasinya Wa’Yagung dari desa lain di perbatasan RI – Malaysia ini, menjadi kendala dalam penanganan dan penanggulangan bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan.
Baca juga: Curhat Dokter di Pegunungan Krayan Kalimantan, Minim Fasilitas dan Sulitnya Akses Jalan
Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Nunukan Mulyadi mengatakan, membersihkan longsoran yang menimbun lahan persawahan dan badan jalan secara manual dengan kerja bakti.
Sejumlah tanggul dari karung yang diisi tanah dipasang di lereng bukit.
Karung-karung berisi tanah itu juga digunakan menahan longsoran ke sumber air bersih dan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"BPBD juga melakukan perbaikan PLTA serta pemasangan pipa air bersih dari sumber mata air lain untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Wa’Yagung," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (15/3/2022).
BPBD Nunukan mencatat, kalkulasi kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh banjir dan longsor di Wa’Yagung mencapai Rp 13. 984.450.000.
Baca juga: Bawa Muatan Ikan Ilegal, 2 WNA Malaysia dan Speed Boat Diamankan di Pasar Ikan Nunukan
Hitungan ini berasal dari sektor infrastruktur seperti kerusakan berat akses jalan, jaringan irigasi, saluran air dan sanitasi, juga subsector lain dengan asumsi kerugian sekitar Rp 13.178.100.000.
Lalu sektor ekonomi, berupa 13 lahan sawah dengan total luasan sekitar 8.300 meter kubik dari total luasan sawah 13,46 hektar yang rusak akibat tertimbun longsor bebatuan.