SOLO, KOMPAS.com - Gusti Pangeran Haryo (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, resmi menjadi penerus tahta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X.
Jumenengan Dalem dilaksanakan Sabtu (12/3/2022) pukul 10.00 WIB usai KGPAA Mangkunegara X dikukuhkan secara langsung oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.
Selanjutnya, setelah pengukuhan dan penyematan pusaka keris, Kanjeng Kyai Wangkingan kepada KGPAA Mangkunegara X, dilanjutkan membacakan Prasetyo yang memuat lima janji dan Sabda Dalem.
KGPAA Mangkunegara X juga menyampaikan Sabda Dalem atau sambutannya.
"Pura Mangkunegaran telah melalui perjalanan sejarah yang penuh pasang surut. Dan dengan berpegang teguh pada prinsip sateguh sauyub, bersatu teguh dalam kebhinekaan. Bak serumpun tebu yang terikat tetap mampu bertahan hingga saat ini, hingga mampu bertahan sampai saat ini sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa," kata KGPAA Mangkunegara X, Sabtu.
Selain itu, hakekat dalam ikatan antara manusia dan budaya tak luput digaungkannya.
Menurutnya, ikatan antara manusia dan kebudayaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan yang terikat satu sama lain dari kegiatan sehari-hari, dari cara menjalankan hidup, dari cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, juga apa yang dihasilkan.
KGPAA Mangkunegara X juga menyebutkan bahwa kebudayaan sebagai harga diri dan identitasnya.
"Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta, dapat diturunkan secara biologis. Namun, berusaha mlampahaken (menjalankan), sebagai dapat diwariskan pada generasi yg akan datang," ujarnya.
Dalam proses mempertahankan kebudayaan, KGPAA Mangkunegara X berjanji akan menjalankan Tri Dharma Mangkunegaran yang meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi.
Baca juga: Persiapan Jumenengan KGPAA Mangkunegara X Capai 75 Persen, Tamu Undangan Dibatasi 300 Orang
Sasrira Hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahu 1682 Saka atau 1757 Masehi.
Mulat Sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.
Serta ajaran kedua dari budaya politik Mangkunegaran adalah rumangsa melu handarbeni.
"Sebagaimana prinsip Tri Dharma yang kita anut, bersama-sama kita memegang teguh amanah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tersebut, beserta nilainya. Tidak hanya bagi pura mangkunegaran tetapi juga masyarakat luas," jelasnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.