Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendi dalam Ritual Kebudayaan Nusantara

Kompas.com - 12/03/2022, 11:51 WIB
Rachmawati

Editor

 

Prosesi kematian

Di dalam prosesi upacara kematian, kendi biasa digunakan sebagai tanda atau simbol keikhlasan keluarga terhadap seseorang yang meninggal

Kendi digunakan sebagai bekal kubur yang diletakkan di atas liang lahat.

Selain itu, ritual penggunaan kendi sebagai simbol dalam upacara kematian juga bisa dilihat pada saat jenazah akan diberangkatkan. Kendi yang berisi air akan dipecahkan dan disusul dengan keberangkatan jenazah ke tempat penguburan.

Ada kepercayaan bahwa upacara tersebut dilakukan agar roh seseorang yang meninggal tersebut tidak membawa sesuatu yang bersifat negatif pada anggota keluarga lain

Sampai saat ini ada budaya yang memecahkan kendi bagi ibu hamil yang kebetulan rumahnya dilewati arak-arakan prosesi pemakaman jenazah sebagai bentk tolak bala.

Harapannya agar ibu dan bayi yang dikandung tidak terkena hal-hal bersifat negatif dari prosesi penguburan jenazah.

Baca juga: Tradisi Makepung di Jembrana, Bali, Sejarah, Makna, dan Tujuan

Ritual perkawinan

Ilustrasi pernikahanferlistockphoto Ilustrasi pernikahan
Penggunaan kendi dalam ritual perkawinan dilakukan saat prosesi siraman atau mandi.

Siraman dilakukan untuk memandikan calon pengantin dengan niatan untuk membersihkan badan supaya bersih lahir dan batin.

Acara siraman dilakukan oleh tujuh orang dan akan diakhiri oleh juru paes atau sesepuh dengan diikuti memecah kendi. Prosesi memecah kendi merupakan prosesi terakhir dalam upacara siraman.

Kendi yang digunakan dalam prosesi ini dibungkus dengan untaian bunga melati yang sangat indah.

Baca juga: Peresean, Tradisi Pertarungan Dua Prajurit yang Berasal dari Adat Suku Sasak di Lombok

Ritual keagamaan

Seorang Biksu menerima kendi air suci dari Umat Buddha saat prosesi Sarana Puja Waisak di Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019). Kriab Prosesi Sarana Puja Waisak dari Candi Lumbung menuju Candi Sewu dengan membawa api alam Mrapen Grobogan dan air suci dari tujuh sumber mata air itu sebagai wujud penghormatan umat Buddha dalam merayakan Waisak 2563 BE/2019.ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGROHO Seorang Biksu menerima kendi air suci dari Umat Buddha saat prosesi Sarana Puja Waisak di Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019). Kriab Prosesi Sarana Puja Waisak dari Candi Lumbung menuju Candi Sewu dengan membawa api alam Mrapen Grobogan dan air suci dari tujuh sumber mata air itu sebagai wujud penghormatan umat Buddha dalam merayakan Waisak 2563 BE/2019.
Kendi juga kerap digunakan sebagai ritual kegaaman seperti ritual agama Budha di Candi Mendut.

Sebanyak 70 kendi berisi air suci yang diambil ratusan biksu disemayamkan di Candi Mendut.

Air suci itu diambil dari i mata air Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Ngadirejo Temanggung. Umat Budha percaya bahwa air suci dalam kendi tersebut mempunyai banyak manfaat yang positif, seperti menyembuhkan penyakit dan bisa mendatangkan kebahagiaan.

Para pengikut upacara itu melakukan ritual mengelilingi lantai atas Candi Mendut sebanyak tiga kali dengan membawa kendi.

Air suci dalam kendi tersebut kemudian dibawa ke dalam relung Candi Mendut yang menjadi singgasana arca Budha. Di dalam candi yang dibangun pada masa Raja Indra dari Wangsa Shailendra tersebut umat Budha menyalakan lilin dan membaca parita.

Baca juga: Melihat Tradisi Makan Bersama Petani di Kulon Progo, Wujud Syukur Melimpahnya Panen

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Regional
30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Regional
Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Regional
Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Regional
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Regional
Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Regional
Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com