Ombak Bono memang tidak terjadi setiap hari di Sungai Kampar, melainkan hanya muncul di waktu-waktu tertentu.
Ombak Bono hanya muncul pada saat bulan purnama pada bulan Oktober hingga Desember ketika puncak musim hujan, dan pada bulan Februari hingga Maret.
Tinggi Ombak Bono diketahui pernah mencapai 4 hingga 5 meter, sementara panjang Ombak Bono adalah sekitar 200 meter hingga 2 kilometer.
Ombak Bono terjadi dengan durasi sekitar 2 jam dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam.
Jarak tempuh Ombak Bono adalah sejauh 50-60 km di sepanjang daerah aliran sungai dari muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung
Dilansir dari laman indonesia.go.id, misteri Ombak Bono juga menyimpan mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat.
Dalam kisah masyarakat Melayu Lama yang berjudul Sentadu Gunung Laut, Ombak Bono disebut terjadi karena sosok tujuh hantu.
Tujuh hantu ini datang dan menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.
Alih-alih berwujud makhluk menakutkan, tujuh hantu itu datang dalam bentuk tujuh gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil.
Ombak besar inilah yang sangat ditakuti masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah.
Semah adalah upacara adat setempat yang dilakukan di waktu pagi atau siang hari dengan dipimpin tetua adat setempat.
Maksud dari upacara adat ini adalah agar para nelayan selamat saat berhadapan dengan Ombak Bono.
Terkait kisah ini, Ombak Bono juga dijadikan ajang uji nyali bagi setiap pendekar Melayu pesisir untuk meningkatkan keahlian bertarungnya.
Sumber:
indonesia.go.id
pariwisata.riau.go.id
indonesiabaik.id