Kuda Sandelwood Pony memiliki postur lebih rendah dibanding ras kuda asal Australia atau Amerika.
Tinggi punggung kuda ini sekitar 130-142 sentimeter, yang memudahkan untuk ditunggangi.
Keistimewaan Kuda Sumba terletak pada kaki dan kukunya yang kuat, serta lehernya yang besar.
Daya tahan kuda ini juga istimewa, yang dilengkapi dengan warna buru yang bervariasi, mulai dari hitam, putih, merah, abu-abu, hingga belang.
Salah satu budaya luhur masyarakat Suku Sumba dapat dilihat dari bangunan rumah adat Sumba yang masih bisa ditemui di pulau ini.
Salah satu kampung adat yang menyimpan rumah tradisional ini adalah Kampung Adat Praijing di Desa Tebara, Wakabubak, Sumba Barat.
Di kampung ini terdapat 38 rumah adat Sumba. Jumlah ini merupakan yang berhasil bertahan setelah kebakaran hebat tahun 2000 silam.
Rumah adat Sumba biasa disebut dengan Uma Bokulu atau Uma Mbatangu.
Uma Bokulu berarti rumah besar, sedangkan Uma Mbatangu berarti rumah menara.
Rumah adat Sumba berupa rumah panggung dengan atap berundak menjulang bak menara.
Secara umum rumah adat Sumba terbagi dalam 3 bagian, yaitu bagian bawah (Lei Bangun), bagian tengah (Rongu Uma), dan bagian menara (Uma Daluku).
Bagian bawah digunakan untuk memelihara hewan ternak, bagian tengah untuk penghuni, sedangkan menara untuk penyimpanan makanan dan pusaka.
Masyarakat Suku Sumba meyakini bahwa leluhur mereka bersemayam di menara ini sehingga mendapat perlakuan khusus.
Agama lokal Pulau Sumba disebut dengan Marapu.
Marapu termasuk agama asli Nusantara yang dianut masyarakat di Pulau Sumba.
Dalam ajaran Marapu, masyarakat melakukan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur.
Selain itu, masyarakat Sumba pemeluk Marapu meyakini kehidupan di dunia ini sementara, sedangkan kehidupan kekal ada di alam roh.
Adapun surga dalam kepercayaan Marapu dikenal dengan nama Prai Marapu.
Upacara keagamaan dalam ajaran ini dilengkapi dengan penyembelihan hewan kurban, seerti erbau maupun kuda.
Kain Sumba ini penuh dengan makna dan dibuat dalam waktu yang cukup lama.
Pembuatan satu lembar Kain sumba bisa memakan waktu hingga enam bulan hingga tiga tahun.
Lamanya proses pembuatan itu karena terdapat beberapa tahap, seperti kain haris dianginkan selama satu bulan.
Selain itu kain juga harus disimpan dalam keranjang tertutup untuk mematangkan warnanya.
Selain pembuatannya yang lama, Kain Sumba juga sarat makna yang tergantung pada motifnya.
Kain bermotif kuda menggambarkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan.
Sedangkan kain bermotif naga menggambarkan kekuatan dan kekuasaan raja.
Ada juga motif ayam yang melambangkan kehidupan wanita, serta motif burung yang melambangkan persatuan.