Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sobokartti, Cagar Budaya di Semarang yang Tak Lekang oleh Zaman

Kompas.com - 05/03/2022, 05:27 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Begitupula pengajar, setiap kelas memiliki pengajar yang berbeda sesuai dengan tingkatan. Darmadi mengaku, keluarganya dari lintas generasi telah menjadi pengajar tari di Sobokartti.

"Istri saya menjadi pengajar di kelas remaja, kakak saya di kelas dewasa, dan keponakan-keponakan saya mengajar di kelas anak-anak. Jadi secara turun menurun dari generasi ke generasi," jelas Darmadi.

Salah satu pengajar tari, Ida Pratiwi menuturkan, bahwa dirinya sudah belajar menari sejak umur 5 tahun. Sehingga saat ini, dirinya sudah mahir dalam bidang tari dan mengajari anak-anak Sanggar Tari Sobokartti.

Ida banyak bercerita tentang bertahannya Sanggar Tari Sobokartti hingga saat ini. Dalam ceritanya, Sanggar Tari Sobokartti telah menunjukkan banyak prestasi. Bahkan, pernah diundang oleh Kedutaan Besar Malaysia.

Baca juga: Sejarah dan Asal Ludruk, Kesenian yang Jadi Media Perjuangan Melawan Penjajah

Sementara itu, tari yang diajarkan Sobokartti sangat beragam. Mulai dari tari Lilin, Kelinci, Gembira, Semarangan, Gambyong, dan masih banyak lagi.

Ida menjelaskan, tari yang diajarkan dapat membawa anak-anak memiliki prestasi di sekolah maupun di luar sekolah.

"Anak-anak sering diundang ke pameran, ikut lomba-lomba, bahkan pernah meraih juara 1 ketika lomba di Jakarta," kata Ida.

Perasaan senang tak hanya datang dari Ida. Salah satu murid Sanggar Tari Sobokartti, Nesya menyatakan, dirinya sangat senang bisa bergabung di sanggar tari ini. Katanya, dia bisa bangga mengikuti lomba di luar kota pada umurnya yang masih belia.

"Dulu takut, tapi sekarang sudah 4 tahun belajar disini. Punya banyak teman yang sama-sama suka nari," ucap murid kelas 4 SD N 04 Kuningan itu.

Dengan mempelajari tari, Nesya bercita-cita bisa pergi ke luar negeri dengan memerkan kemampuan yang dia miliki.

"Tetanggaku sering belajar nari, terus lama-lama sampai Jepang. Jadi saya pengen juga kesana," jelas Nesya.

Baca juga: Pelatih Kesenian Jaranan Perkosa 7 Anak di Bawah Umur, Modus Meditasi agar Bisa Menari

Belum ada dukungan dari pemerintah

Walaupun sudah 102 tahun berdiri, Pemerintah Kota Semarang masih kurang memberi pehatian pada Gedung Sobokartti. Dengan begitu, pengelolaan cagar budaya di Semarang itu memanfaatkan kemandirian masyarakat sekitar.

"Kami dari masyarakat sini berkumpul, membangun visi untuk melestarikan kebudayaan dan perkumpulan Sobokartti. Jadi untuk dana, ya, dari kita-kita sendiri," ujar Darmadi.

Darmadi menuturkan, terakhir pada tahun 2010, pihak pemerintah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jakarta datang langsung ke Sobokartti untuk merevitalisasi halaman depan Gedung Sobokartti. Namun, belum ada bantuan apapun dari pemerintah Kota Semarang.

Pihaknya berharap agar pemerintah Kota Semarang dapat mendukung adanya cagar alam Sobokartti. Tidak hanya itu, Darmadi juga berharap agar Sobokartti bisa lebih berkembang dan memberdayakan masyarakat sekitar dengan uluran tangan dari pemerintah.

"Barangkali dapat menengok kegiatan-kegiatan kami, misal ada pengajuan proposal juga bisa dipermudah," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Sering Diteror Saat Mencuci di Sungai, Warga Tangkap Buaya Muara Sepanjang 1,5 Meter

Regional
Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Ditunjuk PAN, Bima Arya Siap Ikut Kontestasi Pilkada Jabar 2024

Regional
Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Diduga Depresi Tak Mampu Cukupi Kebutuhan Keluarga, Pria di Nunukan Nekat Gantung Diri, Ditemukan oleh Anaknya Sendiri

Regional
Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Sikapi Pelecehan Seksual di Kampus, Mahasiswa Universitas Pattimura Gelar Aksi Bisu

Regional
Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Isi BBM, Honda Grand Civic Hangus Terbakar di SPBU Wonogiri, Pemilik Alami Luka Bakar

Regional
Kartu ATM Tertinggal, Uang Rp 5 Juta Milik Warga NTT Ludes

Kartu ATM Tertinggal, Uang Rp 5 Juta Milik Warga NTT Ludes

Regional
Jadwal Kereta Majapahit Ekonomi dan Harga Tiket Malang-Pasar Senen PP

Jadwal Kereta Majapahit Ekonomi dan Harga Tiket Malang-Pasar Senen PP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com