Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang Contemporary Art Gallery, Museum Modern di Kota Lama Semarang yang Tak Boleh Dilewatkan

Kompas.com - 04/03/2022, 16:27 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Saat mengunjungi Kota Lama Semarang, ada satu tempat yang tak boleh dilewatkan.

Semarang Contemporary Art Gallery, museum bernuansa modern dengan bangunan interior minimalis berwarna putih. 

Tepatnya di Jalan Taman Srigunting Nomor 5-6, Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Museum ini sering disebut dengan Galeri Semarang.

Dulunya, pada tahun 1882, bangunan ini merupakan bangunan dua lantai tempat tinggal Pastur L Prinsen dan tempat ibadah umat Katolik.

Kemudian, diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918. 

Baca juga: Kisah Bruri, Pemilik Toko Musik yang Setia Berjualan CD dan Kaset, Punya Ribuan Koleksi

Arsitektur gedung ini dikonsep seperti gaya Spanish Colonial.

Tepat di depannya adalah taman yang sering dipakai oleh para serdadu Belanda yang berparade, Paradeplein namanya. 

Pada tahun 1933, Oei Tiong Ham Concern, pemilik perusahaan asuransi pertama di Indonesia "De Indische Lloyd" menempati gedung ini.

Seiring berjalannya waktu, bangunan ini diambil oleh pengusaha pribumi termuka di Semarang Taspirin.

Dalam perjalanannya, pernah disewakan sebagai gudang, dealer motor, kantor Perusahaan Besar Farmasi Tempo, dan terakhir pada 1998 digunakan sebagai pabrik sirup Fresh. 

Tahun 2007, pemilik Semarang Contemporary Art Gallery, Chris Dharmawan melakukan konservasi pada gedung ini. Akhirnya, pada tahun 2008 Galeri Semarang diresmikan.

Kota Lama Semarang memang lekat dengan unsur sejarah. Terutama pada gedung, jalanan, dan pepohonan di sekitarnya.

Begitu pula Semarang Contemporary Art Gallery. Letaknya dikelilingi dengan bangunan peninggalan kolonial, yang tak jauh dari taman Srigunting dan Gereja Blenduk.

Setiap 2 bulan sekali, Galeri Semarang memamerkan karya-karya seni yang berbeda. Saat ini, ditampilkan karya milik Eddy Susanto dan Mujahidin Nurrahman. 

Karya Eddy Susanto di lantai 1 mengangkat tema "Renaissance of China (?)".

Sedangkan di lantai 2, karya Mujahidin Nurrahman bertema "Your Sillence Will Not Protect You". 

Salah satu staf Galeri Semarang, Wisnu Barata mengatakan, konsep karya yang ditampilkan di Galsem sangat beragam.

 

Karya yang dipamerkan tidak hanya lukisan dan karya 2 dimensi sejenis, namun juga 3 dimensi. 

"Setiap seniman punya ide masing-masing. Jadi, pesan yang ingin disampaikan setiap pameran pasti berbeda-beda," ucap Wisnu kepada Kompas.com, Rabu (2/3/2022). 

Walaupun karya seni yang ditampilkan kebanyakan dari seniman lokal, namun tidak sedikit pula seniman luar negeri yang memamerkan hasil karyanya di Galeri Semarang. 

Baca juga: Tandur Space, Kafe Unik di Tengah Kota Semarang dengan Konsep Urban Farming

Sambil menikmati lagu yang diputar di pojok gedung, Wisnu bercerita tentang tujuan didirikannya Galeri Semarang di Kota Lama.

Tidak lain, tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan seni kepada masyarakat, terlebih anak-anak muda. 

Meskipun, kata Wisnu, tidak sedikit anak muda yang berkunjung hanya untuk berlibur dan mengabadikan foto, tanpa memperhatikan seni yang ditampilkan. 

"Mungkin dari memotret, foto selfie, mereka bisa tertarik untuk mencari tahu arti seni di dalamnya," ucap Wisnu.

Berkembang dengan pengaruh sosial media 

Sementara itu, Wisnu mengaku bahwa banyak pengunjung Semarang Contemporary Art Gallery yang mengetahui pameran karya di sini melalui sosial media. 

Menurutnya, perkembangan sosial media di berbagai platform seperti Instagram dan TikTok sangat mempengaruhi eksistensi Semarang Contemporary Art Gallery. 

"Tahun 2015 dulu, Instagram lagi booming-boomingnya. Kalau sekarang, TikTok dan reels. Tidak menutup kemungkinan kalau anak-anak muda sekarang juga ingin mengikuti tren," ucap Wisnu. 

Galeri Semarang ini buka pada hari Selasa-Minggu dengan waktu operasional pukul 10.00 - 16.30 WIB.

Untuk tiket masuknya, hanya dibandrol dengan harga Rp 20.000 per kepala.

Menurut Wisnu, harga tersebut dipertimbangkan karena untuk mengapresiasi karya seni dan pembatasan di masa pandemi. 

Dengan harga yang terjangkau, pengunjung bebas untuk menikmati pameran karya seni dan mengabadikan momen sesuka hati. 

 

Salah satu pengunjung, Akbar mengaku bahwa dirinya sengaja datang jauh-jauh dari Demak hanya untuk berkunjung ke Semarang Contemporary Art Gallery.

Menurutnya, karya yang ditampilkan sangat menarik. 

"Sangat unik, apalagi karyanya tidak lukisan saja, tapi juga ada patung di belakang sana," kata Akbar. 

Akbar mengaku dirinya mengetahui Galeri Semarang ini dari Instagram.

Dia ingin membuktikan keindahan pameran karya di sini. 

Baca juga: Ikuti Petunjuk Google Maps, Sopir Truk Malah Tersesat dan Kecelakaan di Semarang

Hal senada juga disampaikan Anisa Novira, seorang mahasiswi Politeknik Negeri Semarang (Polines) semester 6.

Dirinya sengaja datang dari rumahnya, Gunungpati, untuk berkunjung ke Semarang Contemporary Art Gallery.

Walaupun baru pertama kali datang kesini, dirinya cukup takjub dengan karya yang ditampilkan. 

"Dari unsur estetikanya dapat sekali. Jadi, bagus untuk diabadikan lewat foto maupun video," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus Disertai Dentuman Kuat

Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus Disertai Dentuman Kuat

Regional
Kisah Masjid Wali di Bibir Sungai Lusi yang Tak Pernah Kebanjiran

Kisah Masjid Wali di Bibir Sungai Lusi yang Tak Pernah Kebanjiran

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Regional
Beda Nasib Mahasiswa Unnes dan Udinus Saat Ikut Program Ferienjob di Jerman

Beda Nasib Mahasiswa Unnes dan Udinus Saat Ikut Program Ferienjob di Jerman

Regional
Mantap Usung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng, PKB Cari Partner Koalisi

Mantap Usung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng, PKB Cari Partner Koalisi

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Bos Madu Bunuh Mantan Anak Buahnya karena Ditagih Utang Lebih Galak

Bos Madu Bunuh Mantan Anak Buahnya karena Ditagih Utang Lebih Galak

Regional
Cari Kepiting, 3 Pemuda Penyandang Disabilitas Malah Dituduh Begal

Cari Kepiting, 3 Pemuda Penyandang Disabilitas Malah Dituduh Begal

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Jawa Timur, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Jawa Timur, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi D.i. Yogyakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi D.i. Yogyakarta, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Bali, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Bali, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Kalimantan Selatan, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Kalimantan Selatan, 29 Maret 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com