SEMARANG, KOMPAS.com - Saat mengunjungi Kota Lama Semarang, ada satu tempat yang tak boleh dilewatkan.
Semarang Contemporary Art Gallery, museum bernuansa modern dengan bangunan interior minimalis berwarna putih.
Tepatnya di Jalan Taman Srigunting Nomor 5-6, Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Museum ini sering disebut dengan Galeri Semarang.
Dulunya, pada tahun 1882, bangunan ini merupakan bangunan dua lantai tempat tinggal Pastur L Prinsen dan tempat ibadah umat Katolik.
Kemudian, diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918.
Baca juga: Kisah Bruri, Pemilik Toko Musik yang Setia Berjualan CD dan Kaset, Punya Ribuan Koleksi
Arsitektur gedung ini dikonsep seperti gaya Spanish Colonial.
Tepat di depannya adalah taman yang sering dipakai oleh para serdadu Belanda yang berparade, Paradeplein namanya.
Pada tahun 1933, Oei Tiong Ham Concern, pemilik perusahaan asuransi pertama di Indonesia "De Indische Lloyd" menempati gedung ini.
Seiring berjalannya waktu, bangunan ini diambil oleh pengusaha pribumi termuka di Semarang Taspirin.
Dalam perjalanannya, pernah disewakan sebagai gudang, dealer motor, kantor Perusahaan Besar Farmasi Tempo, dan terakhir pada 1998 digunakan sebagai pabrik sirup Fresh.
Tahun 2007, pemilik Semarang Contemporary Art Gallery, Chris Dharmawan melakukan konservasi pada gedung ini. Akhirnya, pada tahun 2008 Galeri Semarang diresmikan.
Kota Lama Semarang memang lekat dengan unsur sejarah. Terutama pada gedung, jalanan, dan pepohonan di sekitarnya.
Begitu pula Semarang Contemporary Art Gallery. Letaknya dikelilingi dengan bangunan peninggalan kolonial, yang tak jauh dari taman Srigunting dan Gereja Blenduk.
Setiap 2 bulan sekali, Galeri Semarang memamerkan karya-karya seni yang berbeda. Saat ini, ditampilkan karya milik Eddy Susanto dan Mujahidin Nurrahman.
Karya Eddy Susanto di lantai 1 mengangkat tema "Renaissance of China (?)".
Sedangkan di lantai 2, karya Mujahidin Nurrahman bertema "Your Sillence Will Not Protect You".
Salah satu staf Galeri Semarang, Wisnu Barata mengatakan, konsep karya yang ditampilkan di Galsem sangat beragam.