SEMARANG, KOMPAS.com - Burung pipit menjadi binatang yang cukup penting di Klenteng Tay Kak Sie, Pecinan Kota Semarang, Jawa Tengah.
Biasanya warga yang sembahyang di klenteng tersebut membeli sejumlah burung, lantas burung tersebut dilepaskan ke alam bebas.
Pelepasan burung pipit ternyata bukan tanpa sebab. Warga Tionghoa meyakini jika melepaskan burung pipit ke alam bebas sama dengan membuang sial.
Baca juga: 7 Tempat Wisata di Medan, dari Masjid, Istana, hingga Pecinan
Tradisi melepaskan burung pipit sudah berjalan beberapa tahun.
Kini, selain didatangi oleh warga yang sembayang, klenteng yang berada di Gang Lombok itu juga banyak didatangi wisatawan.
Salah satu pengunjung asal Demak, Agus Setiawan mengaku baru pertama melihat pelepasan burung pipit di klenteng. Menurutnya, tradisi tersebut cukup unik.
"Ini saya jarang melihat seperti ini. Awalnya saya hanya ingin melihat klenteng," jelasnya saat ditemui di lokasi, Kamis (3/3/2022).
Dia sengaja datang ke Pecinan untuk berlibur. Awalnya dia mencari bangunan tua di Pecinan melalui internet dan Klenteng Tay Kak Sie adalah salah satunya.
"Sebenarnya saya tak tau Pecinan. Internet merekomendasikan datang ke sini," ucapnya.
Baca juga: Modus Ritual Buang Sial, Pria di Lampung Cabuli Anak Tiri hingga Hamil
Penjual burung pipit di Kelenteng Tay Kak Sie, Wasito mengatakan, biasanya banyak warga Tionghoa yang membeli burung pipit untuk membuang sial.
Semisal warga Tionghoa tersebut berumur 30 tahun, biasanya akan beli sebanyak umurnya tapi dilebihkan.
"Jadi 30 bisa ditambah 3 jadi 33 burung dibeli lalu dilepaskan," katanya. Jika dia hitung, dalam satu hari dia bisa untung ratusan ribu dari jualan burung tersebut.
Meski begitu bisnis jualan burung pipit itu tak selalu mujur. tak jarang juga dia terpaksa pulang dengan tangan hampa.
"Ya biasa kadang ramai kadang juga sepi. Namanya saja berdagang," ucapnya.
Satu ekor burung pipit dia bandrol Rp 2 ribu. Rata-rata warga Tionghoa membeli satu kandang.
Baca juga: Lansia Korban Gendam, Disebut Harus Buang Sial, Uang dan Perhiasan Total Rp 500 Juta Raib
Menurutnya, orang Tionghoa kalau tidak melepas burung, mereka bisa melepas ikan, dan hewan lain yang bisa dikemalikan ke alam liar.
"Jadi pipit peking ini kan masih mudah dicari dan harganya memang relatif murah," imbuhnya.
Wasito mengaku telah berjualan burung pipit selama kurang lebih 4 tahun menggantikan orang tuanya.
Pasalnya, bisnis jual burung pipit sudah turun-temurun dari keluarga. Dia meneruskan bisnis orang tuanya yang sudah berjalan puluhan tahun.
"Ini meneruskan usaha bapak saya," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.