Saat ini, sebut Ali, bantuan yang diterima dari pihak lain atau pribadi.
"Bantuan makan, pakaian dan selimut ada tapi dari pribadi. Bukan bantuan yang dari kantor Wali Nagari atau kantor camat. Jadi kalau ada yang mau antar bantuan, jangan ke dibawa ke kantor Wali Nagari atau kantor camat, karena tak sampai ke kami," sebut Ali.
Ia mengaku kecewa kepada pemerintah nagari dan kecamatan.
Padahal, sebut Ali, wilayah Siparayo yang paling terdampak gempa M 6,2 itu.
"Kami di Siparayo ini paling parah terdampak. Bisa kita lihat sekarang ini hampir semua rumah warga hancur. Kemudian, 6 orang jadi korban tanah longsor dan 4 orang meninggal karena tertimpa bangunan rumah," ucap Ali.
Ali berharap pemerintah secepatnya menyalurkan bantuan yang diinginkan warga.
Seban, ia khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan ketika warga tak diberikan bantuan.
"Kami heran, kenapa kami yang paling terdampak gempa ini kurang diperhatikan. Apa mungkin, Wali Nagari tidak menang di kampung kami waktu pemilihan, terus tidak peduli dengan kami," kata Ali lagi.
Ali juga mengaku sedang bingung mencari tenda untuk acara tahlilan, Kamis (3/3/2022). Meski sudah mencoba berusaha, namun tak juga dapat.
"Anak saudara saya ada yang meninggal dunia satu orang waktu kejadian gempa itu, tertimpa bangunan rumah. Usianya tiga tahun. Jadi besok kami mau buat acara tahlilannya, sehingga butuh tenda maupun tikar. Karena barang dalam rumah sudah tak bisa diambil. Dari tadi saya keliling cari tenda tapi belum dapat," sebut Ali.
Terkait persoalan penyaluran bantuan, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Pasaman, Mara Ondak Harahap mengaku mengalami kendala untuk menyalurkan bantuan kepada warga.
Ia menyebut kendala yang pertama adalah kondisi geografis, dan yang kedua validasi data warga yang terdampak.
"Kita cek datanya enggak persis. Karena yang ditenda itu berpindah-pindah, hari ini di tenda ini besoknya di tenda lain. Misalnya di tenda ini ada seratus orang, besoknya tinggal 20 orang," kata Mara saat dimintai tanggapan Kompas.com mengenai warga tak kebagian bantuan, Senin (28/2/2022) lalu.
Ia melanjutkan, warga saat ini banyak yang mendirikan tenda darurat depan rumahnya.
Menurutnya, warga tidak mau meninggalkan rumahnya karena sudah menjadi kearifan lokal.