Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.367 Anak di Kota Semarang Alami Stunting, Wali Kota Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 01/03/2022, 19:04 WIB
Riska Farasonalia,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 1.367 anak di Kota Semarang, Jawa Tengah tercatat mengalami stunting akibat kekurangan gizi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan pada 2021, dari 44.058 balita di Kota Semarang, 3,1 persen diantaranya menderita stunting.

Jumlah anak penderita stunting tersebut tersebar di 153 kelurahan di Kota Semarang.

Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Kemenkominfo Kampanyekan “4 Terlalu”

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (Hendi) menyebut penyebab anak mengalami stunting karena faktor ekonomi dan edukasi terkait gizi.

"Sebagian besar karena alasan ekonomi dan ada orangtua yang tidak paham soal gizi. Jadi makan enak belum tentu bergizi," kata Hendi saat konferensi pers Rencana Aksi Nasional percepatan penurunan stunting, Selasa (1/3/2022).

Untuk itu, pihaknya berkomitmen melakukan percepatan penurunan stunting di wilayahnya dengan membentuk tim di setiap kelurahan.

"Kita membagikan makanan gizi sehari 3 kali selama 3 bulan dan pemberian susu termasuk vitamin lewat program Dinkes. Kalau angkanya hari ini sangat menakutkan tapi saya yakin tahun depan sudah bisa turun sangat drastis," ujarnya.

Hendi telah menyiapkan anggaran untuk penanganan stunting sebesar Rp 6,7 miliar di 2022.

"Ada Rp 3 miliar di DKK Kota Semarang untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) atau dapur sehat. Dan Rp 3,7 miliar di Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang untuk pembelian susu. Ada juga anggaran turunan Ngincengi Wong Meteng per kelurahan ada ASN yang memantau dan lakukan edukasi," ungkapnya.

Baca juga: Sering Dianggap Kondisi yang Sama, Ketahui Perbedaan Pendek dan Stunting pada Anak

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan pada 2019 prevalensi stunting Indonesia tercatat sebesar 27,67 persen.

Sementara, standar yang ditetapkan oleh WHO bahwa prevalensi stunting di suatu negara tak boleh melebihi 20 persen.

"Tahun 2019 angkanya 27,67 persen. Dalam kondisi pandemi alhamdulillah masih bisa turun 24,4 persen. Dari kelayakan internasional masih di atas batas toleransi," ucapnya.

Hasto mengungkapkan pemerintah menargetkan percepatan penurunan angka stunting secara nasional sebesar 14 persen.

Baca juga: Kasus Stunting pada Anak di Indonesia Masih Tinggi, Dokter Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

"Sesuai ditetapkan Presiden Joko Widodo target untuk menurunkan angka stunting nasional sebesar 14 persen di tahun 2024," jelasnya.

Hasto menyebut total anggaran penanganan stunting di Indonesia sekitar Rp 25 triliun.

"Saya optimis dengan anggaran di atas Rp 25 triliun ini asalkan terfokus dan konvergensi di tingkat desa atau tingkat bawah sehingga tidak bias dalam mecapai sasaran. Maka data jadi sumber sangat penting menuju konvergen," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com