Kosmas adalah saudara Margareta dan Maria. Ia merupakan seorang tunanetra.
“Kakak Kosmas tidak bisa lihat. Dulu dia juga bekerja sebagai pemulung. Kami asuh anaknya sejak bayi,” kenang Margareta.
Margareta mengatakan, setiap hari ia bersama adiknya menyusuri jalanan di kota Maumere untuk mencari sampah.
Namun, tidak semua jenis sampah. Hanya botol plastik bekas, koran dan kardus.
Sampah-sampah itu kemudian dimasukkan ke karung atau kresek yang sudah disiapkan.
“Biasanya sampah jenis ini banyak ditemukan di sekolah dan kompleks perkantoran,” katanya.
Baca juga: Ratusan Hektar Tanaman Padi dan Jagung di Sikka Diserang Hama Tikus, Petani Terancam Gagal Panen
Sekembalinya ke rumah, keduanya kemudian memilah sampah lalu dijual.
Margareta berujar, hasil yang mereka peroleh tidak hanya untuk belanja kebutuhan sehari hari, tetapi ditabung.
Sebagian, disisihkan untuk biaya pendidikan Elisabet dan Marselinus.
“Kalau rezeki hasil penjualan kami bisa mencapai Rp 300.000 sampai Rp 800.000. Saya selalu sisihkan untuk biaya pendidikan anak,” ujarnya.
Baca juga: Kasus DBD di Sikka Meningkat Jadi 187 Orang, Didominasi Usia Anak