Pelaksanaannya pun memerlukan waktu lama, mulai dari tiga hari, tujuh hari, bahkan hingga satu bulan.
Adapun makna dari ritual yang besar ini adalah agar keluarga yang ditinggalkan dapat tenang.
Ketenangan itu muncul karena keyakinan keluarga mereka yang telah meninggal sudah diantarkan ke alam arwah melalui Tiwah.
Selain itu, prosesi ini juga diharapkan menghindarkan keluarga dari pengakit dan kesialan.
Sedangkan bagi arwah, Tiwah ini menjadi sarana mereka untuk berangkat ke Lewu Liau, tempat mereka seharusnya.
Ritual Tiwah diselenggarakan ketika seorang Dayak Ngaju yang masih beragama Kaharingan.
Upacara yang diselenggarakan dilakukan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dilakukan sebelum upacara inti Tiwah diselenggarakan.
Tahap pra upacara Tiwah ini dilakukan dengan mengumpulkan tulang belulang orang yang akan ditiwahkan.
Jenazah yang masih utuh akan dipisahkan daging dengan tulangnya.
Setelah itu upacara puncak Ritual Tiwah diselenggarakan. Upacara puncak ini yang diadakan 3 hari hingga satu bulan.
Upacara puncak diawali dengan pembuatan Balai Pangun Jandau dan sangkaraya sandung rahung.
Kemudian hewan kerbau diikat di sangkaraya lalu dilakukan mangajan atau tarian sakral.
Berikutnya akan didirikan Tihang Mandera di dekat Sangkaraya. Tiang ini menjadi tanda kampung ditutup karena ada ritual ini.
Selanjutnya, hewan kurban akan diikat di sapundu dan dikelilingi oleh tamu yang hadir.