Bunga Wijayakusuma dipercaya mampu mengembalikan takhta Amangkurat I, yang saat itu sedang dalam pelarian ke Tegal karena Istana Kartasura telah diduduki oleh penguasa Madura, Raden Trunojoyo.
Berawal dari pencarian Bunga Wijaya inilah kemudian Pulau Nusakambangan juga dijuluki sebagai Pulau Bunga-bungaan.
Meski kesan tertutup dan ketat terasa dari pulau ini, tapi ternyata sebagian kawasannya terbuka untuk berwisata.
Baik pemandu wisata dan juga pedagang di sekitar pulau ini merupakan para napi yang melakukan asimilasi sebelum nantinya dibebaskan.
Souvenir khas yang ditawarkan antara lain kerajinan dan batu akik khas Pulau Nusakambangan.
Pantai Cimiring dan Pantai Permisan, serta Goa Ratu, Goa Putri, dan Goa Masigit Selo yang bisa dikunjungi oleh wisatawan yang datang berkunjung ke pulau ini.
Akses kapal ke pulau ini melalui pelabuhan Wijayapura Cilacap menuju PElabuhan Sodong Nusakambangan dengan waktu tempuh 15 menit saja.
Di sisi Pulau Nusakambangan juga terlihat aktivitas industri yang berupa kegiatan penambangan.
Daerah karst di pulau ini ternyata menyimpan potensi besar sehingga digunakan sebagai bahan baku industri.
Hasil tambang pegunungan kapur di Pulau Nusakambangan ini digunakan sebagai bahan baku industri semen.
Adapun pengangkutan hasil aktivitas tambang dari pulau ini dilakukan melalui jalur laut .
Pulau Nusakambangan juga dianggap sebagai benteng penjaga Kota Cilacap dari ancaman tsunami.
Seperti wilayah di pesisir selatan Pulau Jawa lainnya, potensi tsunami akibat gempa dari aktivitas zona subduksi cukup besar.
Namun pada peristiwa tsunami Pangandaran 2006, Kota Cilacap yang wilayahnya berada di dekat pantai tidak terdampak gelombang ini.
Keberadaan pulau Nusakambangan sangat membantu mengurangi risiko gelombang tinggi air laut masuk ke daratan, begitu juga potensi angin kencang dari arah laut..
Sumber:
lpnnusakambangan.kemenkumham.go.id
ppk-kp3k.kkp.go.id
grid.id
kompas.com
jateng.tribunnews.com