SALATIGA, KOMPAS.com - Bagi warga Salatiga, Kalitaman tak hanya sekadar tempat pemandian. Karena banyaknya mata air di wilayah tersebut, maka dimanfaatkan sebagai sumber untuk PDAM Salatiga dan juga sarana rekreasi warga.
Selain itu, Kalitaman pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) I tahun 1948 juga dimanfaatkan sebagai venue untuk cabang renang.
Pegiat Salatiga Heritage, Warin Darsono, mengatakan Pemandian Kalitaman awalnya adalah hamparan taman dan patirtaan, tempat untuk pemujaan dan bersuci untuk masuk ke candi yang ada di sekitarnya.
Baca juga: Latihan Fisik demi Daftar Tentara, Pemuda di Bone Malah Ditemukan Tewas di Kolam Pemandian
"Karena itu, Kalitaman dulu diperuntukkan untuk orang-orang penting, setingkat raja," jelasnya, Kamis (24/2/2022). Menurut Warin, sedari awal nama lokasi tersebut memang Kalitaman.
"Karena memang konsepnya adalah kali yang dikelilingi oleh hamparan kebun dengan bunga-bunga yang cantik menyerupai sebuah taman," ungkapnya.
Dikatakan Warin, Kolam Renang Kalitaman sudah ada sejak abad ke-19. Kemudian setelah status Salatiga naik jadi gemeente, karena semakin ramai dikunjungi, kolam renang tersebut dipugar. "Pada awalnya ini juga hanya diperuntukkan untuk kaum kulit putih," kata Warin.
Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga Valentino T Haribowo mengatakan saat ini Pemandian Kalitaman terus bersolek. "Memang Kalitaman ini menjadi andalan pariwisata kita karena potensinya sangat bagus untuk dikembangkan," ujarnya.
Valentino mengungkapkan saat ini Kalitaman dilengkapi kafe. "Ini kafe yang terjangkau karena harga makanan berkisar Rp 10.000, memang konsep wisata di Kalitaman ini kerakyatan. Untuk tiket masuk juga Rp 4.000," kata dia.
Selain penambahan fasilitas tersebut, lanjutnya, juga ada pembenahan infrastruktur. "Ruang bilas, ruang ganti kita perbaiki semua. Lantai kolam renang juga akan diperbaiki pada ramadan tahun ini," kata Valentino.
Sementara Wali Kota Salatiga Yuliyanto menyampaikan pengembangan Kalitaman harus memiliki visi. "Ini selain untuk rekreasi, juga bisa untuk prestasi, jadi harus jelas arah pengembangannya," ungkapnya.
Menurut Yuliyanto, masih banyak ruang di Kalitaman yang bisa dimanfaatkan, termasuk untuk edukasi sejarah.
"Selain Kalitaman, disini juga ada Kali Wedok, Kali Lanang, dan beberapa sumber mata air yang lain. Potensi kuliner yang ada juga sangat hebat, ini harus dimaksimalkan," kata Yuliyanto.
Baca juga: Harga Tiket dan Jam Buka Pemandian Alam Selokambang Lumajang, Pas untuk Wisata Keluarga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.