PALEMBANG, KOMPAS.com - Naiknya harga kedelai di pasaran berimbas kepada para perajin tahu dan tempe di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Akibatnya, mereka harus mengurangi jumlah produksi untuk menghindari kerugian atas kenaikan harga kedelai.
Abdul Hamid (56), salah satu perajin tempe di Palembang mengaku, harga kedelai di pasaran saat ini telah menembus angka Rp 11.500 per kilogram.
Padahal, sebelumnya harga kedelai hanya berkisar antara Rp 8.000 sampai Rp 8.500 per kilogram.
Baca juga: Warga Keluhkan Minyak Goreng Kembali Langka di Palembang, Ini Penjelasan Pemkot
Lonjakan harga itu membuat mereka memutar otak, untuk tidak mengurangi kualitas tempe yang dibuat sehingga masih bisa dibeli oleh masyarakat dengan harga normal.
"Kalau kualitasnya dikurangi atau harganya dinaikkan orang tidak akan beli. Jadi terpaksa kami kurangi produksi menjadi 140 kilogram sehari dari sebelumnya 150 kilogram," kata Abdul, Rabu (23/2/2022).
Menurut Abdul, sampai sekarang belum ada bahan baku pengganti kedelai untuk membuat tempe.
Baca juga: Ditahan atas Kasus Penganiayaan, Seorang Ibu Hamil di Palembang Sujud Syukur Dimaafkan Korban
Sehingga, mereka harus tetap membeli kedelai meski mengalami kenaikan harga.
"Kalaupun kacang tanah bisa dibuat tempe, ya kami buat. Tapi kan nggak bisa. Hanya kedelai bahan bakunya, tapi harganya sekarang malah naik terus," ujarnya.
Selain itu, Abdul mengaku akan ikut dalam aksi mogok massal produksi mengikuti para rekannya yang lain agar pemerintah dapat menekan lonjakan harga kedelai saat ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.