Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Palembang Mulai Kurangi Jumlah Produksi

Kompas.com - 23/02/2022, 09:35 WIB
Aji YK Putra,
I Kadek Wira Aditya

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Naiknya harga kedelai di pasaran berimbas kepada para perajin tahu dan tempe di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Akibatnya, mereka harus mengurangi jumlah produksi untuk menghindari kerugian atas kenaikan harga kedelai.

Abdul Hamid (56), salah satu perajin tempe di Palembang mengaku, harga kedelai di pasaran saat ini telah menembus angka Rp 11.500 per kilogram.

Padahal, sebelumnya harga kedelai hanya berkisar antara Rp 8.000 sampai Rp 8.500 per kilogram.

Baca juga: Warga Keluhkan Minyak Goreng Kembali Langka di Palembang, Ini Penjelasan Pemkot

Lonjakan harga itu membuat mereka memutar otak, untuk tidak mengurangi kualitas tempe yang dibuat sehingga masih bisa dibeli oleh masyarakat dengan harga normal.

"Kalau kualitasnya dikurangi atau harganya dinaikkan orang tidak akan beli. Jadi terpaksa kami kurangi produksi menjadi 140 kilogram sehari dari sebelumnya 150 kilogram," kata Abdul, Rabu (23/2/2022).

Menurut Abdul, sampai sekarang belum ada bahan baku pengganti kedelai untuk membuat tempe.

Baca juga: Ditahan atas Kasus Penganiayaan, Seorang Ibu Hamil di Palembang Sujud Syukur Dimaafkan Korban

Sehingga, mereka harus tetap membeli kedelai meski mengalami kenaikan harga.

"Kalaupun kacang tanah bisa dibuat tempe, ya kami buat. Tapi kan nggak bisa. Hanya kedelai bahan bakunya, tapi harganya sekarang malah naik terus," ujarnya.

Selain itu, Abdul mengaku akan ikut dalam aksi mogok massal produksi mengikuti para rekannya yang lain agar pemerintah dapat menekan lonjakan harga kedelai saat ini.

"Kalau memang harus begitu dulu (mogok produksi) baru harganya stabil ya kita begitu. Lihat saja nanti bagaimana," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Sumatera Selatan Ahmad Rizali mengatakan, kenaikan harga kedelai selalu terjadi.

Ia pun meminta kepada para perajin tempe maupun tahu dapat menyesuaikan produksi di tengah kenaikan harga bahan baku tersebut.

"Pedagang biasanya cepat menyesuaikan diri bila ada kenaikan. Misal dengan mengurangi ukuran," kata Rizali.

Rizali mengungkapkan, produksi kedelai dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan para perajin.

Sehingga, pemerintah sulit untuk lepas dari ketergantungan impor kedelai.

"Kami juga lagi mencari solusinya seperti apa agar harga kedelai bisa dikendalikan. Subsidi kedelai ini cukup sulit karena impor, atau mungkin nanti skemanya subsidi dari impor," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Mobil Terbakar di Jalan Sumbawa dan Terjun ke Jurang

Kronologi Mobil Terbakar di Jalan Sumbawa dan Terjun ke Jurang

Regional
Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Di Acara Halalbihalal, Kadis Kominfo Sumut Ajak Jajarannya Langsung Fokus Bekerja

Regional
Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Pemkot Tangerang Ingin Bangun Lebih Banyak Community Center yang Multifungsi

Kilas Daerah
BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

BMKG Prediksi Gelombang Tinggi dan Hujan Lebat di Wilayah Papua dan Maluku

Regional
Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Rumah Terbakar di Kampar, Korban Sempat Selamatkan Sepeda Motor Saat Tabung Gas Meledak

Regional
Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Berpotensi Jadi Tersangka, Polisi Buru Sopir Bus ALS yang Tewaskan 1 Penumpang di Agam

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com